Menyelami Ironi Perkembangan Teknologi dan Gaya Hidup Berkelanjutan

marketeers article
Sesi Enabling Sustainable Lifestyle with Green Solutions dalam JMW 2024. (FOTO: Marketeers/Bernad)

Kepedulian dunia terhadap kondisi lingkungan semakin tinggi sehingga muncul gerakan untuk mendorong gaya hidup berkelanjutan. Wacana ini dipercaya sebagai solusi bahwa untuk merawat bumi, perbaikan untuk kondisi lingkungan harus dimulai dari diri sendiri.

Dalam era di mana teknologi menjadi tulang punggung kehidupan sehari-hari, satu hal yang seringkali dilupakan adalah dampaknya terhadap penggunaan energi. Misalnya, penggunaan energi dalam konteks data center yang sangat penting untuk mendukung teknologi yang kita nikmati.

Data center, tempat di mana segala informasi digital disimpan dan diproses, membutuhkan jumlah energi yang sangat besar untuk beroperasi. Namun, seringkali kita lupa bahwa setiap tindakan digital kita, sekecil apapun, seperti mengirim pesan teks, email, atau bahkan chat melalui media sosial, berkontribusi pada emisi karbon melalui penggunaan data center.

BACA JUGA: HK: Tren Sustainability Berpeluang Besar Timbulkan Pergeseran Budaya

Gregorius Gilang S Nugroho, Manager Sustainability and ESG Indonesia Global Compact Network mengatakan, hal ini menjadi semakin penting dalam konteks kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), di mana teknologi tersebut membutuhkan infrastruktur data center yang lebih besar lagi untuk mendukung komputasi yang kompleks. Dengan kata lain, semakin canggih teknologi yang kita gunakan, semakin besar pula jejak karbon yang dihasilkan.

Chat yang dikirim melalui media sosial itu juga pasti ada emisi karbonnya melalui data center. Terutama AI. AI itu sangat berat karena butuh data center yang besar. Setiap perintah yang kita berikan ke AI itu punya emisi karbon,” kata Gregorius Gilang S Nugroho dalam ajang Jakarta Marketing Week (JMW) 2024 di Grand Atrium Kota Kasablanka, Kamis (16/5/2024).

Karenanya, kesadaran menjadi kunci untuk pertumbuhan gaya hidup berkelanjutan. Banyak asumsi bahwa negara-negara berkembang cenderung tidak mementingkan aspek keberlanjutan karena faktor ekonomi yang masih rendah.

BACA JUGA: Garmin Run 2024 Bakal Bergulir, Suarakan Inklusivitas dan Keberlanjutan

Tapi, dalam sesi Enabling Sustainable Lifestyle with Green Solutions itu, Gilang menolak asumsi tersebut. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi dari sebuah negara tidak menjamin apakah negara tersebut memiliki kepedulian terhadap keberlanjutan.

Di sisi lain, peran pemerintah juga penting dalam mendukung hal tersebut. Kevin Lieus Felix, Senior Program Associate New Energy Nexus Indonesia mengatakan bahwa ada tiga aspek yang bisa mendorong gaya hidup berkelanjutan di Indonesia.

“Kita lihat dulu interaksi dari masyarakatnya, apakah menerima atau tidak adopsi dari teknologi dengan clean energy,” kata Kevin Lieus Felix.

Semakin tinggi penerimaan teknologi dengan energi bersih, maka semakin tinggi juga tingkat keberlanjutan yang ditimbulkan. Selain dari masyarakat, pemerintah juga memiliki peranan penting terkait regulasi.

“Apakah dari pemerintahnya sendiri bisa memberikan semacam inisiatif atau memberikan regulasi tambahan untuk mempermudah masuk teknologi clean energy ini,” lanjutnya.

BACA JUGA: Deklarasi Wonderful Indonesia 2030: Komitmen Industri Pariwisata Soal SDGs

Pihak swasta juga turut bertanggung jawab dalam hal ini. Ketika permintaan terhadap teknologi energi bersih ini tinggi, maka kalangan pengusaha juga harus menjadi pintu masuk untuk teknologi tersebut.

Entrepreneurs-nya apakah siap menerima pasar yang ada. Mungkin saja ada masyarakat yang punya minat tinggi tapi tidak ada badan usaha yang mengakomodir permintaan tersebut,” ucap dia.

Kesimpulananya, kesadaran akan dampak lingkungan dari penggunaan teknologi menjadi sangat penting. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa kita menggunakan teknologi dengan bijak dan bertanggung jawab.

Sebagai individu, kita dapat melakukan langkah-langkah kecil namun signifikan untuk mengurangi jejak karbon kita, seperti mengurangi penggunaan teknologi yang tidak perlu, memilih produk dan layanan yang ramah lingkungan, serta mendukung inovasi teknologi yang berkelanjutan.

Dengan demikian, kita dapat berperan dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pelestarian lingkungan bagi generasi mendatang.

Editor: Eric Iskandarsjah

Related

award
SPSAwArDS