Menyusul Pemulihan, Marketer Harus Produktif dengan Kreatif

marketeers article
cropped view of woman writing in blank notebook, crumbled paper balls and glowing light bulb on yellow background, having new ideas concept

Sudah menjadi hal yang dirasakan oleh hampir semua pebisnis di dunia bahwa Pandemi mengubah lanskap bisnisnya. Tidak hanya dari sisi konsumen, tapi juga pemerintah bahkan dari dalam perusahaan mereka yang harus beradaptasi dengan cara hidup baru.

Pada momentum Rakernas Indonesia Marketing Association 2020, Sabtu (24/10/2020), Hermawa Kartajaya, Honorary Founding Chairman IMA mengatakan bahwa kini marketer sebaiknya tidak hanya menerapkan PIPM, tapi mulai menerapkan CI-EL untuk beradaptasi dengan lanskap bisnis baru sekaligus menyongsong lanskap bisnis di masa depan.

“Kalau hanya menerapkan PIPM tanpa memiliki CI-EL, marketer akan habis. Artinya gagal beradaptasi dengan kondisi bisnis masa kini,” katanya.

PIPM (Productivity, Improvement, Proffesionalism, Management) memang dibutuhkan untuk menjadi marketer yang baik. Namun, kini unsur kerja ini harus dibarengi dengan konsep CI-EL, yaitu Creativity, Innovations, Entrepreneurship, dan Leadership. Hermawan Kartajaya menegaskan bahwa, benar adanya marketer harus produktif, namun, tanpa kreativitas aspek kerjanya tidak akan optimal apalagi di era yang terus berubah cepat seperti sekarang.

“Semua orang harus produktif dengan kreatif. Inovasi menjadi solusi. Marketer harus berani memikirkan ide baru dan mengeluarkan ide tersebut. Namun, jangan marah saat ide itu tidak digunakan,” tegasnya.

Artinya, semua marketer harus terus berpikir kreatif untuk melahirkan ide baru yang memunculkan inovasi solutif. Terutama untuk tujuan menjadi penakluk perubahan.

Lebih lanjut, konsep CI-EL akan mendukung konsep Marketing 5.0 technology for humanity. Menurut Hermawan, ke depannya teknologi akan menentukan lanskap bisnis di Indonesia berjalan, namun, hal ini dibarengi dengan ekspektasi konsumen yang tetap menginginkan sentuhan manusia.

Next touch, orang yang didorong untuk berpikir menggunakan artificial intelligence (AI),” tambahnya.

Dengan demikian, Ia mendorong agar marketer dapat mulai berpikir untuk menghadirkan inovasi yang tidak mengabaikan kekuatan manusia untuk keberlangsungan bisnis, tetap eksis, dan memberikan dampak kepada masyarakat.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related