PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 3,85 triliun pada 2024. Perseroan meraih peningkatan laba sebesar 25% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang mencapai Rp 3,08 triliun.
Tak hanya laba, pendapatan sebelum bunga, npajak, dpresiasi, dan amortisasi atau (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, dan Amortization/EBITDA) perusahaan juga meningkat 3% menjadi Rp 6,73 triliun dari sebelumnya Rp 6,55 triliun. Pencapaian tersebut diraih di tengah tekanan regulasi dan ketidakpastian ekonomi global.
BACA JUGA: Harga Emas Hari Ini 14 April Anjlok, Pegadaian Jadi Mahal Ketimbang Antam
“Melalui pengelolaan kinerja operasional yang robust dan agile, Antam berhasil meraih pertumbuhan kinerja keuangan yang sehat, menegaskan posisi perusahaan yang kokoh di industri,” tulis laporan keuangan perusahaan melalui keterangan resmi, Senin (14/4/2025).
Dalam laporan keuangan tersebut, laba kotor juga ikut tumbuh 3% menjadi Rp 6,5 triliun, dan laba usaha naik 15% menjadi Rp 3 triliun. Faktor pendorong utama adalah optimalisasi pengelolaan beban usaha yang turun 5%, serta peningkatan penjualan.
BACA JUGA: Kerja Sama Antam X Freeport Bidik Penghematan Impor Emas Rp 200 Triliun
Penghasilan lain-lain Antam melonjak 31% menjadi Rp 1,62 triliun, dan laba bersih per saham dasar turut naik 19% ke Rp 151,77.
Dari sisi keuangan, total aset Antam meningkat 4% menjadi Rp 44,52 triliun, sedangkan ekuitas naik 3% menjadi Rp32,2 triliun. Perusahaan juga melakukan percepatan pelunasan pinjaman investasi sebesar Rp 1,68 triliun pada akhir 2024, memperkuat ruang leverage untuk ekspansi bisnis.
Pada tahun 2024 menjadi momen bersejarah bagi Antam dengan total penjualan mencapai Rp 69,19 triliun, melonjak 69% dari tahun sebelumnya (yoy). Adapun kontribusi penjualan domestik mencapai 92%, atau sekitar Rp 63,96 triliun.
Segmen emas menjadi kontributor terbesar dengan pertumbuhan pendapatan spektakuler sebesar 120%, mencapai Rp 57,56 triliun. Hal ini didorong oleh naiknya harga emas global serta peningkatan permintaan dalam negeri, volume penjualan emas melonjak 68% menjadi 43.776 kilogram (kg).
“Antam berhasil mempertahankan posisi di pasar sebagai top of mind pilihan masyarakat Indonesia dalam berinvestasi emas,” tulisnya.
Di sisi lain, pendapatan dari nikel yang terdiri feronikel dan bijih nikel berkontribusi 14% atau Rp 9,5 triliun. Produksi feronikel mencapai 20.103 ton nikel, dengan penjualan 19.452 ton yang diekspor ke Cina, India, dan Korea Selatan.
Sementara produksi bijih nikel mencapai 9,94 juta ton dan seluruh penjualannya difokuskan untuk pasar domestik. Sedangkan segmen bauksit dan alumina menyumbang 3% dari total pendapatan dengan nilai penjualan Rp 1,8 triliun, meningkat 7%.
Antam mencatat produksi bauksit sebesar 1,33 juta ton dan penjualan ke pihak ketiga sebesar 736 ribu ton, meski tantangan perizinan masih menjadi hambatan. Penjualan alumina meningkat 24% menjadi 177 ribu ton, didukung oleh produksi yang mencapai 147 ribu ton melalui entitas anak, PT Indonesia Chemical Alumina.
Komitmen terhadap good mining practices dan keberlanjutan dibuktikan dengan capaian PROPER 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup. Antam meraih Peringkat Emas melalui UBP Emas dan UBP Bauksit Kalimantan Barat, serta Peringkat Hijau dan Biru di beberapa unit lainnya.
Di sisi hilirisasi, Antam menandatangani kerja sama jual beli emas dengan PT Freeport Indonesia pada November 2024. Perjanjian ini menjamin pasokan 30 ton emas per tahun dengan kadar 99,99% yang akan diolah menjadi produk Logam Mulia Antam.
Langkah strategis lainnya adalah akuisisi 30% saham PT Jiu Long Metal Industry oleh entitas anak PT Gag Nikel, serta pembentukan PT Pongkeru Mineral Utama dengan dua BUMD di Sulawesi Selatan untuk mengelola WIUPK Blok Pongkeru seluas 4.252 ha.