Merry Riana: Anak Muda Melihat Sosok Sukses Sebagai Inspirasi

marketeers article

Siapa tidak kenal Merry Riana. Sosok yang pekerja keras membuat ia berhasil meraup kekayaan sebesar US$ 1 juta pada usia relatif muda 26 tahun. Wajar jika sebutan wanita satu juta dolar melekat padanya. Tapi, justru bukan itu yang dicarinya dari raupan uang setumpuk tersebut.

“Tujuan utama kalau kita sudah menghasilkan adalah tidak melulu satu juta dolar, tetapi bagaimana memberi manfaat bagi satu juta orang lainnya,” ujar Merry di sela-sela acara panghargaan Jawa Pos Group Awards 2016 beberapa waktu lalu, di mana ia berhasil mendapatkan status sebagai salah satu pebisnis muda terbaik.

Usaha kerasnya di Singapura selama 16 tahun bergerak di bidang finansial, sehingga menghasilkan jutaan dolar, membuatnya tertarik kembali untuk berkarya di Indonesia. Di sini mendirikan sekolah karakter bernama Merry Riana Learning Center, sebuah tempat pengembangan karakter bagi anak muda usia sembilan sampai sembilan belas tahun agar mereka memiliki daya juang untuk menggapai cita-cita.

“Di Singapura saya bergerak di bidang finansial, sekarang saya di Indonesia bergerak di bidang pendidikan. Usaha keras saya selama di Singapura ingin juga saya berikan untuk manfaat bagi banyak orang. Pasalnya, banyak sekali, terutama anak muda, yang berhasil bangkit atau menggapai cita-citanya karena kisah saya,” sambung Merry.

Baginya pendidikan itu bukan hanya mengajari tetapi juga mencontohkan. Sekolah yang didirikannya adalah sebuah aplikasi nyata prinsip seorang Merry Riana. Apalagi, anak muda zaman sekarang sangat melihat sosok seseorang untuk berkembang. “Anak muda sekarang misalnya melihat seorang Merry Riana. Prinsip mereka, dia aja bisa begitu kenapa saya juga tidak,” terang Merry lagi.

Selain punya sosok untuk meningkatkan daya juang anak muda, Merry melihat bahwa aspek orang tua sangat penting. Yang ia ajarkan juga di sekolah itu adalah bagaimana mengajarkan anak muda setelah sukses bisa menghargai orang tuanya. “Dan sukses itu tidak harus dari sesuatu yang besar, tapi justru dimulai dari sesuatu yang kecil,” tutup Merry.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related