Micromarketing: Capai Target Penjualan dengan Menggali secara Personal

marketeers article
micromarketing | sumber: 123rf

Micromarketing banyak diterapkan oleh para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM) atau bisnis lokal secara sadar atau tidak sadar. Umumnya, produk dijual dengan menargetkan target pasar wilayah tertentu yang bersifat lokal.

Meski begitu, bukan tidak mungkin pendekatan ini juga dilakukan oleh pemain besar hingga global brand yang ingin menyasar pasar yang spesifik atau menghadirkan personalisasi. 

Jika Anda menjalankan iklan Facebook ads atau Instagram ads dengan membatasi lokasi tertentu, kelompok usia tertentu, dan status pendapatan, maka Anda telah menggunakan strategi micromarketing.

Namun, apa yang dimaksud dengan micromarketing? Bagaimana pertimbangan keuntungan dan kekurangan yang didapatkan dari penerapan micromarketing? 

Marketeers telah merangkum mengenai micromarketing, simak artikel berikut ini.

Apa itu micromarketing?

Mengutip dari Investopedia, micromarketing merupakan pendekatan periklanan yang cenderung menargetkan sekelompok orang tertentu dalam pasar. Strategi ini akan memasarkan produk/layanan secara langsung ke kelompok pelanggan yang disasar.

Sebelum menerapkan strategi pemasaran mikro, Anda perlu mendefinisikan siapa audiens Anda secara lebih sempit dan spesifik berdasarkan karakteristik tertentu, baik preferensi, perilaku, dan ketertarikan.. 

Karakteristik ini berupa geografis, usia, jenis kelamin, dan jabatan. Strategi ini bisa jadi cukup mahal dibandingkan pemasaran lain karena Anda memerlukan kustomisasi dan rendahnya skala ekonomi yang akan digarap. 

Tujuan dari pemasaran mikro ini adalah berkomunikasi secara intens dengan kelompok konsumen tertentu melalui personalisasi dan membuat mereka rela mengorbankan sebagian uangnya untuk membeli produk yang Anda tawarkan. Personalisasi ini ditujukan agar meningkatnya customer engagement dan loyalitas pelanggan. 

Market segmentation dapat dibedakan menjadi empat tingkatan yang dimulai dari mass marketing, segment marketing, niche marketing, dan micromarketing. 

Tingkatan ini dibedakan berdasarkan spesifikasi dan personalisasi dari strategi pemasaran yang dilakukan. Micromarketing melayani segmen pelanggan yang paling kecil dalam pasar dan ini menjadi kebalikan dari mass marketing yang melayani sebanyak-banyaknya orang. 

BACA JUGA: Sukses Menggarap Tak Hanya Pasar Muslim dengan Islamic Marketing

Bagaimana cara kerja micromarketing?

Micromarketing memiliki pendekatan yang berbeda dalam menjangkau sasaran target dengan beberapa cara berikut ini.

  • Menawarkan promosi pada basis pelanggan yang spesifik
  • Membuat penawaran yang menarik bagi pelanggan yang tidak puas
  • Membuat produk yang unik untuk pelanggan tertentu
  • Layanan produk yang terbatas pada wilayah tertentu
  • Menargetkan produk pada sekelompok orang dengan spesifik pekerjaan tertentu.

Tantangan dari penerapan micromarketing adalah biaya pemasaran dan rendahnya skala ekonomi yang bisa didapatkan. Strategi pemasaran mikro ini akan mengeluarkan biaya lebih bagi setiap calon pelanggan melalui kustomisasi iklan untuk menarik kelompok orang tertentu. 

Hal ini tentu jauh lebih mahal dibandingkan pemasaran umum yang ditargetkan untuk siapapun tanpa ada personalisasi. Namun, strategi ini diterapkan perusahaan karena melihat potensi besar dalam target pasar tertentu terhadap suatu produk/layanan.

Untuk memaksimalkan potensi dari micromarketing, perusahaan dapat mendukungnya dengan big data yang dapat menggambarkan berbagai kriteria pelanggan berdasarkan demografis, geografis, preferensi produk, kebiasaan, dan sebagainya. 

Dengan begitu, strategi pemasaran Anda dapat benar-benar cocok dan tepat sasaran pada calon pelanggan Anda, sehingga mampu menghasilkan pendapatan yang baik, kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Kelebihan dan kekurangan micromarketing

Micromarketing cocok bagi startup dan UKM yang belum memiliki basis pelanggan yang luas dan reputasi yang baik. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan dari penerapan strategi micromarketing.

Kelebihan

1. Biaya pemasaran rendah

Anda tidak perlu memasarkan produk Anda di TV, koran, atau billboard yang berbiaya mahal. Namun, Anda bisa lebih menyesuaikan saluran pemasaran apa yang menurut Anda paling cocok tergantung dengan dimana calon pelanggan Anda bisa menemui iklan Anda. 

Sebagai contoh, Anda bisa memanfaatkan Google ads, Facebook ads, dan Instagram ads yang dimana Anda bisa menyesuaikan jangkauan pasar yang ingin Anda tuju.

2. Hubungan yang dekat dengan pelanggan

Hubungan pelanggan didasarkan atas kepercayaan. Kepercayaan dapat dibangun melalui bagaimana cara Anda menyampaikan pesan produk.

Ketika pelanggan Anda puas dengan penawaran yang Anda berikan, maka mereka akan menjadi loyal dan selalu mencari produk Anda ketika mereka butuh.

Hal ini bisa Anda dapatkan jika Anda memanfaatkan personalisasi berdasarkan permasalahan dan kebutuhan dari pelanggan Anda. Produk yang semakin menjawab keinginan pelanggan akan lebih dapat memenangkan hati konsumen Anda dan menghasilkan penjualan.

BACA JUGA: Niche Marketing: Garap yang Kecil, Berpotensi Untung Besar!

Kekurangan

1. Memakan waktu lama

Micromarketing membutuhkan waktu lama, mulai dari mengumpulkan data dan karakteristik pelanggan (demografis, lokasi, hobi, dan pekerjaan), mendalami pain dan gain pelanggan melalui survei dan wawancara, hingga mengembangkan produk yang paling solutif dan inovatif.

2. Biaya tinggi dalam akuisisi pelanggan

Meskipun biaya pemasaran rendah, namun biaya akuisisi pelanggan dengan strategi ini tidaklah murah dan bisa jadi jauh lebih mahal. 

Anda perlu memastikan dengan tepat calon pelanggan Anda agar strategi pemasaran Anda dapat dikonversi menjadi pelanggan. Anda membutuhkan iklan yang sudah Anda personalisasi sedemikian rupa.

3. Berisiko besar salah menargetkan pelanggan

Strategi ini tentu cukup berisiko jika Anda salah menargetkan segmen pelanggan dari produk yang Anda miliki. Penyebab utamanya adalah riset pasar yang kurang tepat sehingga dapat membuang sumber daya perusahaan, baik energi dan tenaga karyawan dan biaya pemasaran dan produksi. 

Contoh penerapan micromarketing

Coca-Cola pernah melakukan kampanye bertajuk “Share A Coke” untuk memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Kampanye ini dilakukan di 80 negara dan Australia sebagai negara pertama yang menyelenggarakan kampanye ini.

Pada tahun 2015, kampanye ini hadir bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia. Kampanye ini mempopulerkan 70 nama di Indonesia yang ditempelkan pada kemasan Coca-Cola.

Coca-Cola membuat micromarketing yang sangat personal berdasarkan nama-nama calon pelanggan yang ada di Indonesia. Dengan begitu, personalisasi ini memberikan hubungan emosional yang begitu menyentuh calon pelanggan sehingga dapat mengingat keluarga, sahabat, dan rekan kerja. 

BACA JUGA: Green Marketing: Cintai Bumi dengan Strategi Pemasaran Berkelanjutan

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai micromarketing. Jika Anda ingin menerapkan strategi ini, Anda benar-benar harus memahami bagaimana dan siapa calon pelanggan yang ingin Anda sasar.

Lakukanlah market research yang mendalam dan berempatilah dengan pain dan desire pelanggan Anda. Temukan dan ciptakan produk yang bisa menjadi solusi bagi calon pelanggan Anda.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related