Minat Nasabah Tidak Berbanding dengan Keputusan Investasi

marketeers article

Pandemi telah mendorong banyak orang untuk mulai sadar terhadap keuntungan berinvestasi. Namun, nyatanya minat masyarakat yang ingin berinvestasi tersebut masih dibalut dengan keraguan.

Bank DBS Indonesia melakukan riset kepada kalangan nasabah priority banking untuk mengetahui lebih dalam aspirasi dan perilaku mereka seputar perencanaan serta pengembangan finansial. Dari hasil riset tersebut, Bank DBS Indonesia menemukan dua tipe psikografis nasabah prioritas.

Nasabah tipe pertama bergerak agresif dalam memenuhi aspirasi sehingga berani mengeksplorasi peluang investasi yang berisiko tinggi. Sementara nasabah tipe kedua cenderung pasif dalam menumbuhkan kekayaannya karena sudah merasa cukup dengan kondisi finansialnya, sehingga lebih memilih instrumen investasi yang berisiko lebih rendah.

Keduanya memiliki kesamaan, yaitu tidak ingin bergerak secara gegabah tanpa pemikiran atau pemahaman yang matang. Kesibukan mereka sehari-hari pun menimbulkan keraguan dalam berinvestasi karena merasa kekurangan pengetahuan dalam menganalisa peluang investasi yang tepat.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 menunjukkan literasi keuangan di Indonesia mencapai 38,03%, namun indeks inklusi keuangan Indonesia sudah mencapai lebih dari 76%.

“Terdapat gap yang tinggi antara literasi dan inklusi keuangan, ketimpangan tersebut menandakan masyarakat hanya membeli produk keuangan namun tidak memahami aspek penting lainnya,” ujar Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara.

Sedangkan Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menjelaskan bahwa persentase literasi keuangan masih dipimpin oleh perbankan sebesar 36,12%, dilanjutkan oleh asuransi 19,40%, dana pensiun 14,13%, dan pasar modal 4,92%.

Tingkat literasi keuangan faktanya sangat memengaruhi keinginan dan kesiapan seseorang dalam berinvestasi. Bahkan, lembaga riset pemasaran Inside ID pada tahun 2018 menemukan bahwa emas masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat karena belum terlalu paham instrumen investasi lainnya. Kepemilikan produk investasi disusul oleh deposito (37%), properti (30%), reksa dana (22%), dan saham (17%).

Editor: Sigit Kurniawan

Related