Mobile Advertising Bisa Dimanfaatkan UKM

marketeers article

Dalam artikel sebelumnya memperlihatkan mobile advertising (M-Adv) sudah amat berkembang. Sekarang kita lihat seperti apa tren para merek ketika menggunakannya.

Lalu, seperti apa tren atau gaya dari M-Adv para merek di masa kini? Menurut Herwin, yang digunakan sekarang tidak hanya melulu satu cara saja, tetapi menggabungkan banyak cara atau mix. Bahkan, platform offline pun tidak bisa dipisahkan dari kegiatan M-Adv karena mereka saling melengkapi satu sama lain.

Herwin mencontohkan ketika merek menampilkan display di website, isi profil di laman setelah klik, lalu konsumen diberi update melalui SMS, hingga jika mau terlibat lebih jauh lagi akan diiming-imingi hadiah.

Selain mengetahui sejauh mana brand awareness, dari cara itu juga, bisa diketahui profil pengguna produk mereka. Hadiah atau gimmick promosi juga menjadi penting karena konsumen tidak mau memberi data mereka cuma-cuma. Hadiahnya juga berbeda. Misalnya, jika merek telekomunikasi melakukan kampanye, maka konsumen menginginkan hadiah dari merek industri berbeda, seperti produk ritel.

Dengan kolaborasi itu juga, tiap merek bisa saling membantu satu sama lain, serta mengetahui profil calon-calon konsumen mereka. Selain industri telekomunikasi dan perbankan, industri FMCG, ritel, bahkan otomotif sudah mulai menggunakan layanan ini. Benefit lain yang didapat merek adalah mereka bisa menjangkau calon konsumen di wilayah tertentu sampai seluas-luasnya karena jangkauan platform mobile yang amat luas.

Dengan biaya yang terjangkau, M-Adv juga bisa digunakan oleh UKM. Apalagi, mereka tidak memiliki sumber finansial yang besar untuk promosi online. Sehingga, M-Adv adalah cara hemat dan efisien karena UKM bisa memperkenalkan produk tanpa harus hadir secara fisik, namun memiliki jangkauan yang bisa dipilih sesuai keinginan. “Ketika seseorang masuk ke suatu wilayah, misal bandara, seorang pengusaha kuliner bisa mempromosikan produknya ke smartphone calon konsumennya saat itu juga,” contoh Herwin.

Sejak booming pada tahun 2011, pertumbuhan M-Adv memang menggembirakan. Dari tahun 2011 ke 2012, tercatat pertumbuhan lebih dari 100%. Setelah itu, pada tahun 2013 dan 2014, M-Adv tumbuh 60% dan 45% per tahun.

Tapi, jangan salah. Meski pertumbuhannya melesat, nilai M-Adv masih kecil jika dibandingkan pengeluaran industri advertising di Indonesia secara keseluruhan. “Tahun lalu, belanja iklan total sekitar Rp 50 triliun. Untuk belanja digitalnya hanya 2%. Sementara platform M-Adv cuma 2% dari belanja digital. Kecil sekali,” terang Herwin.

Pasalnya, cara tradisional masih menjadi primadona para brand. Dan bagi XL Axiata sendiri, bisnis M-Adv hanya sebagai katalis saja, bukan yang utama. Namun, tetap saja dengan pertumbuhan tinggi serta kebutuhan brand untuk melakukan marketing digital, M-Adv masih akan terus tumbuh dan membesar di masa depan. Apalagi, penetrasi smartphone juga kian masif dari tahun ke tahun. Dan, teknologi juga semakin canggih.

Untuk urusan menggaet konsumen yang adalah merek-merek di berbagai industri, XL Axiata tidak menawarkan secara door to door. Sebagai bisnis yang masih terbilang hijau, XL Axiata melakukan edukasi kepada para brand. Yang diutamakan adalah experience, yaitu bagaimana calon klien merasakan marketing lewat platform M-Adv untuk kali pertama.

Tidak hanya edukasi lewat kasus-kasus sukses XL Axiata dengan merek, tapi contoh-contoh gagal juga ikut diperlihatkan dan dipelajari sebagai evaluasi bagi yang ingin berpromosi.

Yang jelas, tidak ada persaingan dalam bisnis ini, baik XL Axiata dengan rekan-rekan penyedia jaringan telekomunikasi yang lain. Yang ada, mereka berkolaborasi untuk mengedukasi pasar seperti apa penggunaan M-Adv tersebut. “Lagipula industri ini masih kecil sekali. Jadi, kami para pemain telekomunikasi berkolaborasi saja,” tutup Herwin.

Editor: Sigit Kurniawan

Related