MoEngage: Konsumen Indonesia Sering Mendapat Pesan Tak Relevan

marketeers article
MoEngage merilis riset terbaru dan menemukan bahwa konsumen Indonesia masih sering mendapatkan informasi atau pembaruan tidak relevan. | Foto: 123RF

MoEngage baru-baru ini merilis riset terbaru bertajuk Customer Engagement Benchmark Report. Ada enam edisi dari laporan ini yang dibagi berdasarkan lokasi seperti Amerika Utara dan Asia Tenggara.

Laporan ini menyediakan kumpulan studi kasus tentang bagaimana tim pemasaran perusahaan melibatkan pelanggan yang sudah ada menggunakan data. Dalam temuannya terlihat hingga kini sekitar 74% konsumen Indonesia sering mendapatkan informasi atau pembaruan yang tidak relevan.

Sebanyak 33,2% orang diketahui menginginkan pengingat pembaruan langganan dan peringatan melalui notifikasi push di ponsel mereka. Sementara itu, 25,2% lebih memilih pesan dalam aplikasi seluler serta spanduk web dalam aplikasi.

Mobile in-app message juga terlihat masih menjadi cara yang paling diminati konsumen Indonesia untuk mendapatkan pembaruan. Hal tersebut terlihat dari 28,8% responden yang memilih metode ini. 

Notifikasi push juga menarik minat mereka dengan persentase 25,6% dan WhatsApp 18,4%.

“Laporan ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan loyalitas terhadap brand, perusahaan di Asia Tenggara harus menganalisis perilaku dan journey pelanggan untuk lebih memahami cara mempersonalisasi serta meningkatkan pengalaman brand secara keseluruhan,” ujar Saurabh Madan, General Manager Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru MoEngage dalam pernyataan resminya.

Berdasarkan laporan ini, ekonomi digital Asia Tenggara bernilai US$ 174 miliar pada tahun 2021 dan diperkirakan mencapai US$ 363 miliar pada tahun 2025. Faktor pendorong dari peningkatan ini adalah perkiraan sekitar 80% koneksi kawasan ini akan didominasi ponsel pintar.

Dengan demikian, banyak perusahaan merasa adanya urgensi untuk melakukan transformasi digital serta bergerak menuju jaringan 5G. Di sisi lain, banyak pihak yang mengkhawatirkan risiko perlambatan ekonomi akibat resesi global yang diprediksi terjadi pada tahun 2023. 

Sebab itu, perusahaan disarankan untuk jangan sampai salah dalam mendorong keterlibatan dan retensi pelanggan. Dengan memanfaatkan data pihak pertama, brand dapat memahami pola dan preferensi perilaku pelanggan untuk melayani rekomendasi yang relevan serta tepat waktu. Jadi, mereka bisa menjangkau konsumen dengan lebih baik pada waktu yang juga saluran komunikasi yang tepat.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related