Mutiara, Komoditas Potensial dan Tanda Laut Masih Bersih

marketeers article

Lombok selama ini diasosiasikan dengan banyak hal, dari destinasi wisata Gili Trawangan sampai sebutan pulau seribu masjid. Mereka kini ingin tambah satu lagi, yaitu sebagai penghasil mutiara berkualitas kebanggaan Nusantara. Hal ini diungkapkan oleh Asisten Kepala Bidang Ekonomi Pemerintah Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi dalam pembukaan acara Seminar Lombok Sumbawa Pearl Festival 2015 di Kota Mataram, NTB, Selasa (15/9/2015).

Gita mengklaim bahwa mutiara produksi NTB adalah salah satu yang terbaik di Indonesia. “Kami juga satu dari tujuh provinsi berbasis maritim dengan luas perairan lebih besar dari daratan, 29 ribu KM berbanding 20 ribu KM. Maka harus dimaksimalkan itu hasil sumber daya laut dan menjadikan mutiara sebagai ikon NTB,” ujarnya.

Gita menambahkan, mutiara ini selain jadi komoditas unggulan. Ini dapat dijadikan daya tarik bagi turis datang ke NTB di samping pariwisata pantainya. Dengan budi daya mutiara ini, ia berharap perekonomian lokal akan terangkat lewat para produsen mutiara lokal.

Selain komoditas, kehadiran mutiara juga menjadi pertanda bahwa alam NTB masih sangat bersih. “Mutiara akan tumbuh jika dibudidayakan di perairan yang belum terkontaminasi. Jadi, produksi mutiara ini menunjukan perairan NTB masih sangat bersih. Hal tersebut menjadi potensi juga bagi pariwisata. Apalagi sekitar 60% destinasi pantai di provinsi ini masih potensial untuk dikembangkan,” sambung Gita.

Sayangnya, pasar mutiara di NTB masih menyisakan cerita kurang baik. Beredar kabar tentang mutiara-mutiara palsu di pasaran. Selain itu, banyak masyarakat belum bisa membedakan mana mutiara asli dan palsu, mana mutiara air tawar dan laut. “Mutiara air tawar itu tidak bulat sempurna. Sebaliknya, mutiara laut sangat bulat. Itu bedanya,” ujar salah satu pedagang di area expo Lombok Sumbawa Pearl Festival 2015.

Ancaman lain adalah persaingan dengan dunia luar. Mutiara NTB masih harus bersaing lagi dengan mutiara-mutiara dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. Salah satunya, Australia. Walau bukan penghasil terbesar di dunia, mereka terbukti memproduksi mutiara berkualitas karena dibudidayakan dari kerang alam. Sementara, di Indonesia, hal ini masih menjadi pekerjaan rumah untuk menghasilkan mutiara kelas dunia karena faktor riset yang dirasa masih kurang.

Editor: Sigit Kurniawan 

Related