Nestle Imbau Masyarakat untuk Peduli pada Lingkungan

marketeers article

Nestle terus menunjukkan kepedulian perusahaan kepada lingkungan. Salah satu wujud nyatanya dilakukan dengan penanganan dan pengelolaan sampah. Menyadari pentingnya peran banyak pihak untuk dampak yang lebih besar, Nestle pun mengimbau masyarakat untuk ikut peduli terhadap kelestarian lingkungan.

Nestlé Indonesia telah melakukan berbagai upaya keberlanjutan pada rantai sistem pangan dari mitra pemasok, operasional hingga inovasi kemasan dalam rangka mendukung penanganan sampah. Hal tersebut menjadi langkah konkret Nestle untuk menjawab tantangan penanganan sampah yang masih menjadi pekerjaan rumah.

“Kami sadar, selain menggunakan kemasan yang bisa didaur ulang, kami juga harus mendukung dan meningkatkan upaya penanganan sampah untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Sebab itu, Nestlé terus berkomitmen mendukung peningkatan sistem penanganan sampah guna masa depan bebas dari sampah,” ujar Prawitya Soemadijo, Head of Sustainability PT Nestlé Indonesia.

Komitmen tersebut juga terlihat dari pendekatan melalui tiga pilar sustainable packaging dari Nestle.

1. Pengembangan Kemasan Inovatif

Nestle terus mengembangkan kemasan dengan mengurangi material plastik agar lebih mudah didaur ulang. Sejak 2020, seluruh kemasan siap konsumsi telah menggunakan 100% sedotan kertas. 

Nestle juga menggunakan mangkuk kertas untuk kemasan produk sereal siap konsumsi dan menggunakan 100% paper cup yang dapat didaur ulang pada proses sampling. Selain itu, Nestlé telah mulai mengurangi penggunaan kemasan multilayer dan menggantinya dengan mono-material sehingga mudah didaur ulang untuk menekankan langkah peduli lingkungan.

“Pada 2021, Nestle bekerja sama dengan Siklus untuk melakukan studi guna melihat dampak lingkungan serta penerimaan konsumen terhadap produk dalam kemasan isi ulang,” imbuh Prawitya.

2. Dukungan Bebas Sampah

Dukungan Nestle terhadap masa depan bebas sampah dan kepedulian pada lingkungan ditunjukkan melalui berbagai kegiatan maupun kerja sama dengan pemerintah, non-governmental organization (NGO) serta komunitas. 

Proyek STOP merupakan salah satu proyek multi-stakeholder yang juga melibatkan Nestle untuk berkontribusi dalam dua fasilitas Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reduce-Reuse-Recycle (TPST3R). Kedua fasilitas tersebut, akan mengumpulkan semua sampah termasuk 1.500 ton sampah plastik pada saat beroperasi penuh pada tahun 2022.

Dengan adanya kolaborasi bersama masyarakat dan pemerintah lokal, Nestle berhasil membangun dan mengelola 10 TPS3R di Karawang. Selain itu, perusahaan juga mengembangkan fasilitas TPS3R tersebut dan melayani hingga 3.000 rumah tangga. 

Nestle juga telah membangun rumah pemulihan material (RPM) serta lima bank sampah di Kebagusan, Jakarta Selatan. Pada tahun 2020, PRAISE, asosiasi yang diinisiasi oleh Nestlé, Coca-cola, Danone, Indofood, Tetra Pak dan Unilever, meluncurkan Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) untuk mendukung percepatan penerapan circular economy di Indonesia.

3. Mempromosikan Kebiasaan Mengelola Sampah

Nestle memulai dengan mengajak setiap karyawannya untuk dapat menumbuhkan kesadaran bijak kelola sampah sebagai awal dari langkah peduli lingkungan. Contohnya, melalui kegiatan employee volunteering seperti beach clean up day dan program pemilahan sampah di rumah serta penyediaan tempat pilah sampah di setiap wilayah operasionalnya.

Selain itu, Nestle melakukan webinar secara berkala untuk mengedukasi karyawan tentang cara memilah sampah. Perusahaan juga menganjurkan penggunaan kantong maupun wadah ramah lingkungan pada wilayah operasionalnya. 

“Kami berharap inisiatif dan kegiatan Nestle dalam mendukung peningkatan manajemen tata kelola sampah bisa meningkatkan motivasi berbagai pihak agar semakin peduli terhadap lingkungan. Nestle sebagai salah satu perusahaan makanan dan minuman tidak dapat bergerak sendiri untuk mencapai tujuan tersebut. Kami percaya dibutuhkan kolaborasi dan kerja sama dengan mitra dan seluruh masyarakat untuk mengatasi tantangan global dalam hal manajemen sampah,” tutup Prawitya.

Related