Nusantara Fashion Festival 2020 Pamerkan Kualitas UKM Indonesia

marketeers article

Sejak awal tahun, masyarakat terpaksa mengikuti perubahan tata cara kehidupan karena pandemi. Hal tersebut terus berlanjut hingga ke perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang harus dilakukan dengan berbeda.

Namun, pandemi yang berlangsung nyatanya tidak membuat ide-ide kreatif berhenti. Kementerian BUMN melalui Bank BRI menyelenggarakan acara fesyen virtual bertajuk Nusantara Fashion Festival (NUFF) 2020 sepanjang Agustus ini. Melibatkan lebih dari 300 usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM), acara ini merupakan bentuk dukungan bagi para pengusaha di bidang fesyen.

“Jika melihat potensi yang ada dari UKM fesyen di Indonesia, tentu sangat besar. Tetapi, yang masih perlu diperhatikan adalah pengetahuan untuk mempertahankan bisnis dan bagaimana mempresentasikan produk mereka agar menjadi lebih percaya diri lagi,” ujar Director of Consumer Business Bank BRI Handayani.

Handayani mengungkapkan bahwa fesyen menjadi salah satu industri dengan ekosistem luas yang terkena dampak pandemi dan memiliki SDM dengan jumlah besar. Situasi yang ada saat ini memaksa mereka untuk terus menghadirkan inovasi untuk tetap bertahan.

NUFF 2020 diharapkan mampu menjadi wadah para pengusaha dan pegiat mode untuk menunjukkan kualitas produk yang mereka hasilkan. “Kami mengajak masyarakat untuk berbelanja produk UKM. NUFF ini bisa menjadi showcase. Karenanya, kami bekerja sama dengan e-commerce seperti Tokopedia dan Bukalapak untuk onboard digital,” tambah Handayani.

Handayani juga menjelaskan bahwa NUFF 2020 dapat menjadi platform para pelaku UKM fesyen mendapatkan pengalaman baru dan juga insight untuk mengembangkan bisnis. Ia mengungkapkan  dari sekitar 800 UKM yang ingin bergabung, penyelenggara melakukan kurasi ketat hingga terpilih lebih dari 300 UKM.

Salah satu hal yang menjadi faktor pemilihan suatu UKM adalah story behind the product. Handayani menegaskan bahwa dari cerita di balik suatu produk yang dihasilkan ada keindahan yang bisa ditonjolkan. Dan, sangat disayangkan di Indonesia sendiri masih sering ditemukan kisah yang diangkat justru kisah yang sedih sehingga membuat nilai jual produk tidak bisa bersaing.

“Kita harus bisa mengangkat cerita dari produk tersebut. UKM kita tidak bisa melawan jumlah produksi seperti di China dan India yang memiliki factory besar sehingga biaya produksi mereka bisa ditekan. Kita harus mengambil angle cerita yang tidak dimiliki negara lain,” tutur Handayani.

Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat mulai peduli akan lingkungan dari berbagai sektor. Hal tersebut bisa menjadi sudut pandang yang diambil atau kisah tentang social entrepreneurship yang membantu banyak orang. Cerita-cerita itu diyakini bisa menjadi nilai lebih dari suatu produk yang dihasilkan UKM Indonesia.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related