Okupansi RedDoorz Tumbuh Sebesar 52% Dibandingkan Tahun 2019

marketeers article
RedDoorz kantongi pertumbuhan okupansi tertinggi hingga 52% sejak tahun 2019. | Foto: RedDoorz

Memasuki tahun ketujuh beroperasi, RedDoorz telah berkembang pesat. Per tahun 2022 platform akomodasi tersebut memiliki 1.300 karyawan di Indonesia. Pada tahun ini, mereka telah mencatat rekor tingkat okupansi tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 52% dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi.

“Selama tujuh tahun terakhir, RedDoorz terus menghadirkan pengalaman pemesanan dan menginap bagi pelanggan dengan berinovasi. Mulai dari strategi multi-brand yang kami kembangkan guna melayani setiap masyarakat, terutama pada tiga tahun terakhir di mana kami berhasil membantu para property partner menjadi lebih baik,” kata Mohit Gandas, President Director RedDoorz Indonesia.

Tidak hanya tumbuh secara okupansi, RedDoorz juga mengklaim telah membantu lebih dari 10.000 pekerja dari 2.700 properti yang tersebar di 190 kota di seluruh Indonesia. 

“Pada masa sulit, kami tidak berhenti untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas untuk terus melayani para pelanggan dan partner hotel kami lebih baik. Perjalanan kami tidaklah mudah, banyak keputusan sulit yang harus ambil. Tetapi, kami yakin bahwa tantangan yang dihadapi membuat kami menjadi lebih kuat,” tutur Amit Saberwal, CEO dan Co-Founder RedDoorz.

Di Indonesia, RedDoorz terus beradaptasi dalam menjawab kebutuhan masyarakat dengan meluncurkan sejumlah lini hotel. Sebut saja, SANS Hotel yang menyasar Gen Z dan milenial serta Koolkost untuk masyarakat yang butuh tempat untuk menginap dalam jangka waktu panjang.

Ada pula Sunerra Hotel yang dirancang khusus guna menjadi teman perjalanan keluarga atau bisnis. Selanjutnya, Urbanview Hotel dengan tawaran akomodasi bagi wisatawan urban untuk bekerja sembari staycation atau workation.

Dalam menjalankan bisnisnya, RedDoorz berkomitmen untuk merangkul para pemilik properti lokal Indonesia agar terus mengembangkan akomodasi dan memberikan dampak positif bagi ekonomi setempat. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Related