Belakangan ini, jagat maya dihebohkan dengan dugaan peredaran minyak goreng subsidi palsu. Pemalsuan ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga bisa berdampak negatif pada kesehatan konsumen.
Nur Wulandari, dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University menilai kasus ini, termasuk dalam food fraud atau kecurangan pangan. Istilah tersebut merujuk pada penggantian bahan pangan yang disengaja, penambahan, hingga perusakan produk pangan.
“Adapun minyak goreng palsu merupakan minyak goreng yang di dalamnya telah ditambahkan atau dicampur dengan bahan lain yang menurunkan mutu minyak goreng tersebut,” ujar dosen yang akrab disapa Wulan tersebut, dikutip dari ipb.ac.id, Senin (17/3/2025).
Untuk membedakan minyak goreng asli dan palsu, Wulan menekankan bahwa masyarakat perlu memperhatikan beberapa ciri fisik dan performa barang tersebut saat digunakan. Ia menjelaskan minyak goreng asli memiliki bau yang netral tanpa aroma tengik atau menyengat.
BACA JUGA: Kenali Ciri Makanan yang Menggunakan Minyak Babi
“Minyak berkualitas baik memiliki aroma dan rasa yang khas, cenderung netral, serta tidak menimbulkan bau aneh,” katanya.
Dari segi tampilan, minyak goreng asli lebih jernih dengan warna kuning keemasan. Adapun minyak palsu biasanya tampak lebih keruh dan mengandung endapan berwarna gelap di bagian bawah.
Saat digunakan untuk menggoreng, kata Wulan, minyak goreng palsu cenderung lebih cepat berasap dan berubah warna menjadi gelap kecokelatan. Minyak palsu juga sering terasa lebih kental dibandingkan minyak goreng berkualitas baik.
“Minyak dengan mutu buruk juga lebih cepat berbuih dan menghasilkan gorengan yang lebih berminyak,” ujar Wulan.
BACA JUGA: Waspada Penipuan Berkedok Cinta, Kenali 5 Tanda Romance Scam
Wulan menyebut konsumsi minyak goreng palsu dalam jangka panjang dapat membahayakan kesehatan. Ini karena seiring pemakaiannya, minyak akan mengalami perubahan kimia yang meningkatkan kadar asam lemak bebas serta komponen berbahaya lainnya.
Jika dikonsumsi terus-menerus, risiko terkena penyakit degeneratif dan kronis, seperti gangguan jantung dan kanker, menjadi lebih tinggi. Agar lebih aman, Wulan pun menyarankan masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih minyak goreng.
“Pilihlah produk yang sudah bersertifikat SNI (Standar Nasional Indonesia) dan berasal dari merek terpercaya,” tuturnya.
Di samping itu, Wulan juga menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan yang digoreng dan memperbanyak asupan buah serta sayur yang kaya serat, vitamin, serta antioksidan guna menangkal efek buruk dari zat berbahaya dalam minyak goreng palsu.
Editor: Ranto Rajagukguk