Pasar Cina Belum Pulih, Pendapatan Kuartal Pertama Nike Suram?

marketeers article
Pasar Cina Belum Pulih, Pendapatan Kuartal Pertama Nike Suram? (FOTO: 123rf)

Nike Inc., perusahaan sepatu, pakaian dan alat-alat olahraga asal Amerika Serikat (AS) memperkirakan pendapatan kuartal pertama tahun 2022 di bawah ekspektasi. Hal itu menyusul serangkaian promosi berupa diskon yang lebih besar, khususnya di pasar paling menguntungkan, yaitu Cina yang kini masih terdampak pandemi COVID-19.

Setelah bel penutupan perdagangan, Senin (27/6/2022), saham Nike merosot hingga 3 persen menjadi US$ 107. Analis memiliki pandangan yang beragam terkait proyeksi kinerja Nike, khususnya di pasar Cina. 

Negeri Tirai Bambu diketahui telah mencabut status lockdown di beberapa kota besar. Namun, warga Cina masih mengurangi pengeluaran dan kecintaan mereka terhadap brand lokal seperti Li Ning dan Anta sangatlah tinggi.

“Kami mengambil pendekatan yang hati-hati ke Cina, mengingat ketidakpastian seputar gangguan dari COVID-19,” kata Matthew Friend, Chief Financial Officer Nike.

Nike memproyeksikan pendapatan kuartal pertama akan datar hingga naik tipis. Hal itu berbeda dari perkiraan Refinitiv IBES yang menargetkan kenaikan 5,1 persen.

“Proyeksi itu agak mengecewakan,” ujar David Swartz, analis Morningstar.

Ritel fesyen di Cina juga mengalami masalah yang sama terkait dinamika bisnis baru-baru ini. Tumpukan stok tidak terjual di tengah dibukanya kembali aktivitas ekonomi. Barang yang dikirim dari gudang ke toko-toko berjejeran memenuhi rak.

Dalam pernyataannya, Nike menilai, laba kotornya akan mengalami koreksi tajam dari perkiraan seiring biaya pengiriman dan beban produksi yang lebih tinggi. Perusahaan juga memberi diskon dalam jumlah besar untuk stok musiman yang datang terlambat karena gangguan pasokan.

Akibat gangguan pasokan, stok produk Nike naik 23 persen menjadi US$ 8,4 miliar pada akhir Mei lalu. Pada kuartal IV 2021, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 12,23 miliar, lebih besar dari perkiraan US$ 12,06 miliar. Hal itu disokong dari penjualan yang lebih tinggi di Eropa, Timur Tengah dan Afrika.

Tak hanya itu, Nike mencatat biaya US$ 150 juta terkait keputusannya untuk keluar dari Rusia dan transisi model bisnis di beberapa negara Amerika Selatan. Nike juga memprediksi pendapatan fiskal 2023 akan meningkat dalam kisaran dua digit.

Related