Pascapandemi, Model Kerja Hybrid Jadi Pilihan Perusahaan

marketeers article
Hybrid Working future with colourful city backdrop location

Setelah gelombang pandemi mereda, hampir bisa dipastikan kondisi akan segera beralih ke endemi. Aktivitas masyarakat akan semakin normal seperti era prapandemi. Termasuk, di dunia perkantoran yang mana sebagian perusahaan mulai menerapkan kebijakan kembali bekerja di kantor. Namun tidak semua perusahaan, mewajibkan kerja penuh di kantor, ada yang memilih model kerja hybrid. 

Model kerja hybrid adalah perpaduan antara work from home (WFH) dan work from office (WFO).  Model ini diterapkan, baik oleh perusahaan technology startup dan konvensional, seperti L’Oreal Indonesia.

“L’Oreal Indonesia memilih model hybrid. Tidak semua bisa langsung masuk ke kantor lagi. Apalagi, tantangannya adalah mengubah budaya yang sudah berlangsung selama dua tahun ini juga tidak mudah. Setelah lama WFH, tentu orang sudah berada di zona nyaman,” kata Yenita Oktora, Chief Human Resources Officer L’Oreal Indonesia di acara Marketeers iClub bertema The Future of Work.

Untuk itu, menurut Yenita, pemimpin memiliki peran penting dalam mengubah kondisi tersebut. Mengajak para staf untuk kembali beradaptasi dengan kondisi kerja di masa pascapandemi. Saat ini,  L’Oreal Indonesia memilih untuk menerapkan model kerja hybrid dengan minimal tiga hari kerja di kantor.  “Pada kondisi tersebut, peran pemimpin harus mampu memilah mana yang bagian yang masih bisa WFH dan mana yang hybrid,” katanya.

Selain itu, setiap pegawai L’Oreal Indonesia harus terus menjalankan nilai-nilai perusahaan. Dalam model kerja hybrid ini setidaknya ada tiga nilai yang harus dipegang, yakni, team are the new heroes, test and learn is the new perfection, dan frame and trust is the new control.

“Kemudian, ketika bekerja ada beberapa hal yang harus disepakati bersama. Di antaranya, cara berkomunikasi, bagaimana meningkatkan cara kerja, dan selalu mendapat dukungan. Pada dasarnya, budaya kami itu sangat people sekali. Dalam arti penuh interaksi, diskusi, dan berbagai ide,” kata Yenita.

Pilihan hybrid ini juga menjadi pilihan DANA Indonesia yang merupakan perusahaan teknologi yang bergerak di bidang finansial. Sebagai perusahaan teknologi, DANA terbilang cocok untuk menerapkan model kerja hybrid.

“Ada sebuah survei dari McKinsey tentang jenis-jenis pekerjaan yang bisa dilakukan secara remote. Jenis pekerjaan di bidang teknologi memiliki skor cukup tinggi atau termasuk yang sesuai bila dilakukan secara remote,” kata Devandanny P. Nugroho, People Analytic and Performance lead DANA Indonesia.

Ia menambahkan, saat ini DANA menerapkan hybrid work management untuk mendapatkan keseimbangan keuntungan antara WFH dan WFO, baik pada sisi karyawan dan perusahaan. Model kerja hybrid ini memberikan fleksibilitas bagi pegawai untuk memilih berkerja di rumah. Di sisi lain, menawarkan kesempatan untuk bertemu dengan rekan kerja di kantor bila memang dibutuhkan untuk kolaborasi dan diskusi.

Model kerja secara hybrid juga untuk menjaga kesehatan mental. Terutama, bagi mereka yang memang punya kecenderungan bersosial tinggi. Tipe orang seperti ini akan merasa tertekan ketika harus dua minggu kerja di rumah tidak bertemu dengan rekan kerja.

“Tujuan lain dari model kerja hybrid ini adalah dalam hal produktivitas kerja. Pekerja bisa memilih di mana lokasi kerja yang menurut mereka paling mendorong produktivitas. Setiap orang berbeda-beda, ada yang di rumah bisa lebih produktif, tapi ada yang sebaliknya,” kata Devandanny.

Model kerja hybrid yang diterapkan DANA saat ini adalah mewajibkan pegawainya untuk masuk kerja 12 hari per kuartal atau sebulan 4 hari atau seminggu sekali. Namun, kebijakan itu tidak kaku. Dalam arti, bila ada yang ingin ke kantor lebih dari yang diwajibkan tidak masalah.

“Intinya, dengan pendekatan model kerja hybrid ini kami untuk mengajak kembali ke bekerja di kantor itu perlahan-lahan dan terus melakukan evaluasi. Kami ingin meningkatkan enggagement dengan pegawai yang sebagian masuk ketika sedang menerapkan WFH penuh,” katanya.

    Related