Pedesaan Masih Butuh Kantor Cabang Bank di Tengah Digitalisasi

marketeers article
Man use smart phone and holding credit card with shopping online. Online payment concept.

Transformasi digital di bank-bank Indonesia membuat sejumlah kantor cabang terpaksa tutup. Namun, penutupan tersebut tampaknya t8idak berlaku di seluruh wilayah di Tanah Air.

Untuk wilayah perkotaan kantor cabang memang dapat digantikan fasilitas digital yang ditawarkan. Namun, tidak di pedesaan.

Karena, tingkat literasi masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Bagi konsumen di perkotaan dengan akses internet dan literasi digital yang baik kehadiran bank digital tanpa kantor cabang penerimaannya cukup besar.

Namun, untuk wilayah pedesaan dengan tingkat literasi yang rendah dan belum terlalu akrab dengan layanan digital, sistem transaksi manual masih diperlukan. Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai bahwa eksistensi kantor cabang bank di dalam negeri baru akan hilang dalam lima atau tujuh tahun ke depan.

“Bagi konsumen di pedesaan yang literasi digitalnya rendah kemudian akses internet masih terbatas nampaknya butuh 5-7 tahun lagi untuk bisa menerima kehadiran bank digital. Jadi variabel per wilayah, akses internet, pendidikan dan usia konsumen sangat berpengaruh,” ujar Bhima.

Hal senada pun diucapkan oleh Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet. Ia menilai, dalam beberapa tahun ke depan kantor cabang hanya akan tersedia di kota-kota terluar di Indonesia.

“Saya kira di masa mendatang, kantor cabang hanya akan tersedia di kota-kota terluar yang memang masih membutuhkan layanan fisik bank untuk setiap aktivitas,” pungkas Yusuf.

Ia menambahkan untuk kantor cabang bank pun masih akan dibutuhkan di pasar-pasar dan pusat perbelanjaan masyarakat yang belum terlayani fasilitas keuangan konvensional atau underbanked dan unbanked.

Related