Bagi setiap orang tua, kehilangan anak adalah mimpi buruk terbesar. Namun, ada kemungkinan lain yang tak kalah mengerikan: anak yang justru menjadi pelaku kejahatan serius.
Inilah premis dari Adolescence, serial yang mengisahkan remaja yang dituduh membunuh teman sekelasnya. Meski fiksi, cerita ini terinspirasi dari berbagai kasus nyata di Inggris, yang mana kejahatan melibatkan remaja kian meningkat.
Bukan drama kriminal biasa, Adolescence juga memberikan banyak pelajaran berharga bagi para orang tua. Serial ini menyoroti isu-isu sosial seperti perundungan, seksisme, dan radikalisasi anak muda di era digital.
Melansir Forbes, berikut adalah tiga hal penting yang bisa dipetik dari serial ini dalam pola asuh anak:
BACA JUGA: Cegah Mabuk Perjalanan saat Mudik Lebaran dengan Tips Ini
Bentuk Perundungan Terus Berubah
Dulu, perundungan lebih mudah terlihat karena terjadi secara langsung. Namun, seiring dengan makin canggihnya teknologi, perundungan terjadi secara daring hingga sulit dipantau, memicu peningkatan signifikan dalam kasus cyberbullying.
Dalam Adolescence, polisi yang menyelidiki kasus Jamie bahkan kesulitan membedakan antara komentar ramah dan ujaran kebencian di media sosialnya. Ini karena bahasa yang digunakan dalam perundungan makin halus dan tersamarkan dalam emoji atau slang tertentu.
Sebagai orang tua, penting untuk mengenali pergeseran ini. Pahamilah dunia digital anak dan bangun komunikasi terbuka agar mereka berani bercerita jika mengalami atau menjadi pelaku perundungan.
Seksisme yang Makin Diterima di Kalangan Remaja
Isu lain yang diangkat dalam Adolescence adalah meningkatnya budaya misoginis di kalangan remaja laki-laki. Studi dari PLOS One di Inggris (2025) menemukan bahwa 76% guru SMA dan 60% guru SD khawatir dengan pengaruh konten seksis di media sosial terhadap siswa laki-laki.
Serial ini menunjukkan bagaimana remaja laki-laki sudah akrab dengan istilah-istilah misoginis, seperti 80-20 rule dan budaya incel. Di beberapa episode, terlihat bagaimana Jamie terpengaruh ideologi misoginis hingga penolakan dari seorang perempuan menjadi pemicu kejahatannya.
BACA JUGA: Belajar dari Adolescence, Ini Pentingnya Digital Detox bagi Remaja
Orang tua pun perlu lebih waspada terhadap konten yang dikonsumsi anak di media sosial. Edukasi tentang kesetaraan gender dan membangun lingkungan yang menghormati semua individu sejak dini sangatlah penting.
Kedekatan Fisik Tak Melulu Berarti Kedekatan Emosional
Banyak orang tua berpikir bahwa selama anak berada di rumah, mereka sudah pasti aman. Namun, Adolescence menunjukkan bahwa kehadiran fisik tidak selalu menjamin anak tumbuh tanpa pengaruh buruk.
Orang tua Jamie merasa telah membesarkan sang buah hati dengan baik. Mereka mengawasi aktivitasnya, memastikan tidak terlibat hal-hal negatif seperti alkohol atau narkoba.
Namun, mereka tidak menyadari bahwa Jamie tenggelam dalam dunia daring yang memengaruhi pikirannya secara perlahan. Pelajaran penting dari fenomena ini adalah bahwa mengawasi anak secara fisik saja tidaklah cukup.
Orang tua harus aktif terlibat dalam kehidupan mereka, memahami dunia yang mereka masuki, dan menciptakan ruang aman bagi anak untuk berdiskusi tanpa rasa takut dihakimi.
Editor: Ranto Rajagukguk