Pelaku Industri Pulp & Paper Harus Terapkan Produksi Berwawasan Hijau

marketeers article
roll of white paper in modern paper cutting machine

Industri pulp dan kertas menjadi salah satu sektor berskala besar yang menggunakan lahan luas, bahan baku kayu, serta jam produksi pabrik yang tiada henti. Tentu saja hal itu menimbulkan berbagai persoalan terkait lingkungan, kebakaran hutan dan lahan.

Plt Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Edy Sutopo mengatakan, industri pulp dan kertas memiliki keinginan untuk menerapkan proses produksi yang berkelanjutan. Usaha-usaha tersebut masih terus dikembangkan demi menyelesaikan tantangan di sektor industri pulp dan kertas.

 “Seluruh industri berkomitmen untuk pelestarian lingkungan. Kita sudah berkomitmen dengan hal tersebut. Saya kira semua industri komit dengan isu lingkungan ini karena memang kalau kita lihat secara hukum, industri di Indonesia dikembangkan dengan prinsip green consumerism,” ucap Edy dalam webinar Katadata dengan tema Mewujudkan Industri Pulp dan Kertas yang Berkelanjutan, pada Kamis, (18/02/2021).

Perbaikan model bisnis ini juga untuk merespons semakin tingginya kesadaran konsumen pada lingkungan hidup. Para green consumers  lebih memilih produk tidak membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Jadi, produk ramah lingkungan mulai lebih banyak dipilih oleh konsumen. “Sehingga, ini berpengaruh pada industri pulp dan kertas, bila tidak melakukan komitmen menjaga lingkungan dan keamanan pada konsumen,” tambahnya.

Kalimantan yang menjadi hutan terluas di Indonesia, menghasilkan banyak pulp dan kertas. Namun, tetap perlu dilakukan penanganan yang tepat agar kondisi hutan tetap terjaga.

Syarifuddin, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara menambahkan terdapat berbagai usaha untuk menjaga kelestarian hutan. Menurutnya Kalimantan Utara menjadi wilayah yang sangat kecil terjadi kebakaran hutan. Hal tersebut karena rutin berjalannya sosialisasi ke masyarakat terkait penanaman dan dana bagi hasil.

Ia menambahkan, di kawasan APL (Areal Penggunaan Lain) digunakan masyarakat untuk bertanam. Asalkan apa yang ditanam mempunyai pangsa pasar, sehingga dana hasil bertanam dapat dialokasikan untuk kepentingan bersama.

“Kita selalu mengadakan sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan penanaman, pengadaan bibit juga kita adakan dari KLHK. Telah disetujui oleh kementerian keuangan ada dana bagi hasil, dulu hanya untuk reboisasi sekarang bisa menjadi dana sosial dan penanggulangan kebakaran,” jelas Syarifuddin.

Daya Saing

 Industri pulp dan kertas Indonesia memiliki daya saing yang kuat. Saat ini, Industri pulp menempati peringkat 8 dunia dan industri kertas peringkat 6 dunia. Keunggulan daya saing ini dikarenakan salah satunya Indonesia memiliki potensi bahan baku Pulp dan Kertas yang cukup besar dari HTI.

“Indonesia memiliki potensi hutan No. 3 terbesar di dunia (setelah Brasil dan Zaire) dalam bidang luas area dan potensi produksi hasil hutan. Dengan iklim tropis, produksi kayu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan hutan di negara pesaing yang beriklim sub tropis; Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam hal produktivitas bahan baku,” ujarnya.

    Related