Pemain di Industri Pariwisata Wajib Bersiap Hadapi Lonjakan Wisatawan

marketeers article
Para pelaku usaha di sektor pariwisata diminta bersiap hadapi lonjakan wisatawan.

Industri pariwisata selama dua tahun terakhir harus menghadapi kesulitan akibat pandemi COVID-19. Tidak sedikit dari mereka yang terpaksa gulung tikar. Namun, memasuki era baru yang disebut dengan endemi, para pelaku di industri ini diharapkan bersiap untuk lonjakan wisatawan.

Banyak yang menyebut bahwa setelah pelonggaran kebijakan dari pemerintah tentang bepergian akan ada tren baru di sektor pariwisata yakni revenge tourism atau wisata balas dendam. Mengapa dinamakan demikian? Tentunya, bukan tanpa alasan.

Sudah lama masyarakat harus memendam hasrat berwisata untuk mengikuti imbauan dari pemerintah. Dan, ini juga menjadi kesadaran mereka yang ingin pandemi ini cepat berakhir. Setelah terjadi pengendoran kebijakan, masyarakat mungkin akan berpikir bahwa ini adalah saatnya mereka menuntaskan dendam untuk berlibur.

Memahami peluang pemulihan industri pariwisata, pemerintah Bali sebagai salah satu destinasi favorit di dunia tidak ingin tertinggal untuk melakukan persiapan. Sejumlah upaya pun sudah dan akan dilakukan.

“Kami memiliki rencana yang sudah dan akan dilakukan. Misalnya melakukan pemulihan ekonomi dengan menggali potensi sektor lainnya seperti ekonomi kreatif. Selain itu, kami juga memperkuat implementasi Cleanliness, Health, Safety, serta Environment Sustainability (CHSE),” tutur Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati, Wakil Gubernur Bali pada gelaran Jakarta Marketing Week 2022.

Ia menambahkan bahwa peningkatan jumlah vaksinasi booster dan kasus COVID-19 yang perlahan menurun angkanya juga menjadi pertanda positif. Karena itu, pihaknya juga bersiap dengan panduan perjalanan bagi wisatawan serta membuka kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari institusi hingga masyarakat.

Di kesempatan yang sama, Wiwik Mahdayani, Founder dan Direktur DESMA Center menjelaskan bahwa para pelaku usaha di industri pariwisata wajib berbenah. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan di masa mendatang.

Pertama, yang harus dipersiapkan adalah kualitas produk dan jasa. Di industri pariwisata, hal ini diartikan kebutuhan peningkatan sumber daya manusia yang mumpuni. Kedua, penerapan CHSE. Pemerintah sudah memperkenalkan program itu, kini para pemain di industri harus berusaha meningkatkan layanan mereka dengan berdasarkan hal tersebut,” ungkap Wiwik.

Pandemi telah mengajarkan banyak hal dari perubahan tren di berbagai industri yang sangat cepat serta mengubah cara pandang dalam melakukan sesuatu.

Dalam sektor pariwisata, para pelaku usaha dan semua yang berkebutuhan di dalamnya dituntut untuk beradaptasi dengan cepat. Tidak ketinggalan, penerapan sustainability yang disebut akan menjadi perhatian wisatawan ketika berkunjung ke destinasi wisata maupun menggunakan layanan.

Related