Pendanaan ke Perusahaan Teknologi Investasi di ASEAN Tumbuh 6 Kali

marketeers article
New york, USA July 14, 2017: Bitcoin exchange to dollar rate on monitor display. Cryptocurrency invest chart

UOB, PwC Singapore dan Singapore FinTech Association (SFA) melaporkan hasil survei terbarunya mengenai pertumbuhan pendanaan industri financial technology (fintech). Dalam laporan tersebut, dana yang disuntikkan untuk perusahaan teknologi investasi dan cryptocurrency di Asia Tenggara (ASEAN) mengalami pertumbuhan paling kuat.

Fintech Leader PwC Singapura Wanyi Wong mengatakan, kondisi ini merupakan pertama kalinya dalam enam tahun terakhir. Pinjaman alternatif telah keluar dari tiga tempat teratas dalam hal pendanaan seiring dengan meningkatnya minat dalam investasi digital dan mata uang digital di kalangan nasabah.

“Dibandingkan dengan tahun 2020, tahun ini pendanaan untuk perusahaan teknologi investasi tumbuh enam kali lipat menjadi US$ 457 juta atau setara Rp 6,5 triliun (kurs Rp 14.248 per US$). Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat konsumen terhadap penggunaan alat perdagangan digital dan manajemen kekayaan atau wealth management,” ujar Wanyi melalui keterangannya, Senin (15/11/2021).

Daalam survei tersebut, enam dari 10 konsumen ASEAN telah menggunakan alat digital seperti robo-advisors dan platform broker online untuk kebutuhan investasi mereka. Pendanaan untuk perusahaan cryptocurrency berada di urutan ketiga dengan US$ 356 juta karena perusahaan tersebut menarik lima kali lipat dari pendanaan yang diterima pada tahun 2020.

Wanyi menyebut, sembilan dari 10 konsumen di ASEAN telah memulai atau berencana untuk menggunakan cryptocurrency dan mata uang digital bank sentral. Tak hanya itu, pangsa perusahaan cryptocurrency di kawasan ini diperkirakan akan tumbuh seiring para pemain yang memanfaatkan meningkatnya minat konsumen.

Dia bilang, platform pembayaran tetap menjadi kategori fintech yang paling banyak didanai di ASEAN tahun ini, yakni sebesar US$ 1,9 miliar dan terus menjadi mayoritas perusahaan di sebagian besar negara, kecuali Singapura (cryptocurrency) dan Thailand (alternative lending).

“Pendanaan ke perusahaan-perusahaan ini akan mempercepat penggunaan e-wallet, kartu debit dan kredit dan aplikasi mobile banking yang sudah menjadi metode pembayaran paling populer di kalangan konsumen ASEAN setelah uang tunai,” ujarnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related