Pengiriman Smartphone di Indonesia Menurun, Penjualan Vivo Naik

marketeers article

Data terbaru lembaga riset IDC menunjukkan bahwa pengiriman smartphone di Indonesia merosot 9% secara year-over-year (YoY) pada Q4 2017 dan termasuk paling rendah sejak tahun 2013. Pada Q4 tahun lalu, hanya 7,3 juta unit piranti cerdas yang dikirimkan, sehingga total pengiriman smartphone sepanjang 2017 hanya menyentuh 30,4 juta unit.

Berdasarkan laporan bertajuk “Quarterly Mobile Phone Tracker kuartal-IV 2017″, dibandingkan pada tahun 2016, pertumbuhan smartphone pada 2017 tercatat melandai dengan level pertumbuhan 1%. Menurut IDC, ketatnya persaingan berimbas pada pengiriman smartphone yang menurun di tanah air.

Risky Febrian, Associate Market Analyst IDC Indonesia mengungkapkan kuartal empat biasanya selalu mengalami pengiriman smartphone terbanyak jika mengacu sejak tahun 2013. Hanya saja, pada tahun 2017 kondisinya terbalik. “Pabrikan ponsel tidak mampu mengirim smartphone dengan jumlah besar pada akhir tahun lalu,” ujar dia.

Salah satu musababnya adalah kewajiban vendor mematuhi kebijakan Tingkat Kandung Dalam Negeri (TKDN) yang sebesar 30% dari sebelumnya 20%. Suka tidak suka, pabrikan ponsel global mesti mematuhi aturan itu, yang membuat impor ponsel berkurang lantaran produk dirakit di Indonesia.

Berdasarkan catatan IDC, pasar smartphone di Indonesia dikuasai oleh lima vendor besar. Seperti biasa, Samsung masih menjadi pemimpin puncak dengan torehan pangsa pasar 31,8%, disusul OPPO yang memiliki pangsa pasar 22,9%, dan Advan 7,7%.

Sedangkan posisi empat dan lima secara berurut-turut diisi oleh ASUS 6,5% dan Vivo 6%. Dalam daftar top 5 vendor penguasa smartphone di Indonesia, Advan tercatat sebagai satu-satunya vendor lokal yang memiliki pangsa pasar terbesar dan bertengger di urutan tiga.

Hal cukup menarik lainnya adalah Vivo yang berhasil merangsek ke posisi lima besar, padahal brand ini terhitung baru berkancah di pasar lokal alias hadir sejak 2015 lalu.

Pada Q4 2017 lalu, meskipun shipment berkurang, namun Vivo berhasil meningkatkan market share-nya di periode tersebut sebesar 11%. Hal ini menjadikan merek asal China itu berada di urutan tiga besar market share selama penutupan tahun 2017.

GM for Brand & Activation Vivo Indonesia Edy Kusuma menuturkan, pencapaian tahun lalu kini berlanjut dengan rekor pemesanan online Vivo V9 di sejumlah market place. Puluhan ribu unit V9 berhasil terjual selama momen Super Selling Day yang dibuka pada 5 April lalu.

“Sejalan dengan ekspansi yang dilakukan dengan menjangkau lebih banyak daerah Indonesia dan mengembangkan online store, Vivo menangkap kebutuhan konsumen akan teknologi smartphone yang relevan dan mengikuti perkembangan tren gaya hidup” ungkap Edy.

Pada Q1 2018, Vivo telah memperkenalkan V9 sebagai salah satu flagship series-nya di Indonesia. Smartphone seharga Rp 3.999.000 terjual lebih dari 20 ribu unit pada Super Selling Day dan terus bertambah hingga saat ini.

Pada pre-order per-29 Maret lalu, Vivo V9 menjadi smartphone terlaris di kategori harga Rp 3-4 jutaan di hampir seluruh mitra e-commerce mereka, seperti Akulaku dan Shopee.

“Sekarang kami sedang memaksimalkan basis produksi kami di Cikupa untuk memenuhi permintaan V9 di berbagai daerah,” pungkas Edy.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related