Pengusaha Ungkap Impor Baju Bekas Pangkas 30% Pekerja Tekstil

marketeers article
Ilustrasi thrifting. Sumber gambar: 123rf.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan membanjirnya impor pakaian bekas atau thrifting ke Tanah Air dapat berdampak buruk terhadap perkembangan industri tekstil. Selain menggerus permintaan dalam negeri, thrifting berdampak pula terhadap penurunan serapan tenaga kerja.

Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kadin menjelaskan berkaca pada kasus membanjirnya thrifting di Kenya dan Chile membuat industri tekstil di sana tidak dapat berkembang dan justru mengalami kontraksi. Dengan demikian, permasalahan ini harus ditangani dengan serius oleh seluruh pemangku kepentingan.

BACA JUGA: Kemendag Musnahkan Impor Barang Bekas Senilai Rp 10 Miliar

“Pada masa jayanya industri tekstil, 30% dari jumlah pekerja formal di Kenya dapat terserap di industri ini. Namun, industri tekstil yang sempat mempekerjakan lebih dari 200.000 pekerja tersebut kini hanya dapat menyerap kurang dari 20.000 pekerja karena tingginya jumlah impor pakaian bekas,” kata Arsjad melalui keterangannya, Selasa (21/3/2023).

Di Chile, sebanyak 59.000 ton sampah tekstil didatangkan ke negara itu dari berbagai penjuru dunia. Sampah-sampah ini kemudian menggunung karena mayoritas tidak dapat terserap pasar.

Sementara itu, di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai impor pakaian bekas meroket 607,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Januari hingga September 2022. Tren tersebut sangat perlu diwaspadai pemerintah dan pelaku industri pakaian dalam negeri untuk menghindari peningkatan dampak negatif dari impor pakaian bekas ini.

BACA JUGA: Impor Turun 13,68%, Neraca Perdagangan Surplus US$ 5,48 miliar

“Dalam konteks ini, menjadi jelas bahwa thrifting pakaian bekas impor adalah bentuk ekonomi sirkular yang tidak tepat dan merugikan bagi negara, termasuk Indonesia. Indonesia harus melindungi produsen dan brand industri pakaian dalam negeri apabila kita ingin melihat industri pakaian dalam negeri kita maju dan bersaing di pasar global,” ujarnya.

Arsjad bilang saat ini Indonesia memiliki banyak brand pakaian lokal yang memiliki kualitas mumpuni dan bahkan sudah merambah pasar global. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan di Indonesia perlu fokus pada upaya dan kampanye bangga belanja dan mengenakan produk buatan Indonesia, termasuk pula mempromosikan produk terbaik usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM).

“Mari bersama-sama mempromosikan produk-produk lokal yang berkualitas dan mendukung perekonomian kita. Dengan cara ini, kita dapat membangun industri pakaian Indonesia yang kuat dan berkelanjutan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ucapnya.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memusnahkan barang bekas impor dari luar senilai Rp 10 miliar. Adapun barang tersebut, yakni 730 bal pakaian, sepatu, dan tas bekas.

Pemusnahan ini merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam proses pengawasan dan penegakan hukum terkait dengan pelanggaran di bidang perdagangan dan perlindungan konsumen. Langkah tersebut merupakan langkah nyata Kemendag dalam menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengecam impor pakaian bekas karena telah mengganggu industri dalam negeri.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related