Pentingnya Peran Muslimpreneur Sebagai Brand Values Untuk Peningkatan Ekspor UMKM

profile photo reporter Marketeers
Marketeers
11 November 2020
marketeers article
Beautiful muslim female merchandiser preparing parcel at the office.

Artikel ini ditulis oleh Hanny Nurlatifah, Direktur Manajemen Inovasi dan Program Universitas Al Azhar Indonesia, Peneliti Marketing dan Perilaku Konsumen ICSB DKI Jakarta.

****

Menurut  Kementerian Koperasi dan UKM  jumlah UMKM di Indonesia per tahun 2018 ada 64,199 juta unit usaha berkontribusi 99,9 persen terhadap total unit usaha nasional yang berkontribusi 61,07 persen terhadap total PDB. tetapi kontribusinya terhadap total ekspor nasional sangat rendah yaitu hanya berkontribusi sebesar 14,37 persen terhadap total ekspor nasional. Menurut Sidabutar ada berbagai hambatan yang menyebabkan rendahnya kontribusi ekspor UMKM diantaranya hambatan internal seperti keterbatasan sumber daya manusia dan permodalan dan hambatan eksternal seperti suplai dan harga bahan baku yang tidak stabil, implikasi perdagangan bebas, transportasi dan situasi keamanan, politik ekonomi yang menyebabkan banyaknya biaya tidak terduga. Selain hambatan-hambatan diatas yang menyebabkan rendahnya kontribusi ekspor UMKM adalah juga rendahnya permintaan pasar global terhadap produk UMKM lokal.

Pemerintah telah berupaya mengatasi hambatan-hambatan tersebut diatas diantaranya melalui program-program peningkatan ekspor yang dilakukan oleh KemenKUKM, Kemendag maupun Kemenkeu. Namun selain upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas diperlukan juga strategi pemasaran yang tepat sebagai upaya untuk meningkatkan permintaan konsumen global agar penawaran produk UMKM dapat diserap lebih banyak di pasar global. Pada tulisan ini kita akan membahas pendekatan perilaku konsumen global ditengah Pandemi Covid-19 dengan brand values Muslimpreneur sehingga dapat menjadi dasar strategi pemasaran untuk untuk meningkatkan permintaan konsumen di pasar global terhadap produk UMKM.

Perilaku Konsumen Global Ditengah Pandemi Covid-19

Pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan perilaku sosial yang memicu terjadinya perubahan perilaku konsumen secara global. Didasari oleh perasaan yang sama pada saat pandemi COVID-19 masyarakat menjadi semakin empati atau peduli terhadap sesama. Selama pandemi konsumen diberbagai negara membeli lebih banyak produk dari perusahaan yang menunjukan kepedulian dan memperhatikan karyawannya serta mencoba lebih banyak produk dengan brand yang berbeda, selain itu pertimbangan keputusan pembelian saat pandemi COVID-19 lebih didasari aspek fungsional. Pandemi juga menyebabkan masyarakat menjadi lebih religius, ketidakpastian yang tinggi selama pandemi COVID-19 telah menimbulkan kecemasan yang mengakibatkan masyarakat semakin religius atau makin mendekatkan diri dengan Tuhan. Hasil penelitian dengan menggunakan data harian pada pencarian Google di 95 negara menunjukan bahwa krisis yang diakibatkan pandemi COVID-19 telah meningkatkan pencarian Google untuk berdoa ke level tertinggi yang pernah tercatat.

Keputusan pembelian konsumen saat Pandemi COVID-19 lebih mempertimbangkan faktor hygienitas. Diberbagai negara, konsumen memutuskan tempat untuk belanja dengan mencari pengecer (retailer) yang terlihat menerapkan standar keamanan kesehatan. Perilaku konsumen ini telah menyebabkan tingkat kesadaran halal masyarakat terutama muslim naik karena produk halal dianggap dapat menjamin faktor hygienitas tersebut, tatanan kehidupan baru (new normal) akibat pandemi, halalan thayyiban akan menjadi mainstream. Selama pandemikonsumen lebih memilih pembelian secara online dengan alasan menghindari kontak fisik yang beresiko penularan penyakit. Di Indonesia selama pandemi di Indonesia terjadi kenaikan belanja online sebesar 400 persen dan e-commerce selama pandemi terus tumbuh di semua kategori produk.

Strategi pemasaran adalah alat fundamental yang direncanakan oleh perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki6. Meningkatnya empati karena pandemi COVID-19 strategi pemasarannya adalah dengan membangun brand yang mempunyai kepedulian tinggi, Kepedulian,empati dan cinta kini menjadi alat ampuh untuk membangun brand. Dengan memberikan solusi terhadap kesulitan yang dialami masyarakat maka perusahaan akan mendapatkan reputasi sebagai brand yang bertanggung jawab dan penuh empati. Ditengah masyarakat yang menjadi semakin religius, strategi pemasaran yang tepat adalah dengan menciptakan brand yang memiliki nilai-nilai religius, dengan menambahkan spiritual value/benefit dalam value proposition-nya brand bisa menciptakan koneksi spiritual dengan konsumen selain itu brand juga harus menjadi solusi bagi konsumen dengan memberikan ketenangan batin (peace of mind)7.

Karena alasan kesehatan konsumen akan membeli produk dari perusahaan yang dapat menjamin kebersihan dan hygienitas dari produknya oleh karena itu konsumen di berbagai negara membeli lebih banyak dari perusahaan yang memiliki brand kemasan yang sehat dan hygienis1. Produk dengan label halal diprediksi akan semakin diminati selain oleh kalangan  muslim juga diminati oleh kalangan non-muslim karena produk dengan label halal dianggap bisa menjamin kebersihan dan hygienitas dari produk. Jauh sebelum pandemi COVID-19  di Amerika Serikat permintaan produk halal oleh konsumen Yahudi dan Kristen meningkat karena ketertarikan dengan konsep produk halal yaitu kebersihan, kemurnian dan kebaikan1.

Muslimpreneur sebagai brand values dengan situasi saat ini sangat relevan untuk dijadikan dasar strategi pemasaran UMKM dalam memasuki pasar global, implementasinya dapat berupa pembinaan kewirausahaan kepada pengusaha UMKM dengan perspektif Muslimpreneur yang diharapkan dalam kegiatannya akan memunculkan brand image sebagai entrepreneur yang profesional, beretika dan religius. Untuk memudahkan akses pasar secara global dan kecenderungan pembelian online sebagai sarana penjualan produk bisa dibangun marketplace dengan branding muslimpreneur yang berbasis internet.

Related