Peran Amartha dalam Pemberdayaan Perempuan

marketeers article
Ilustrasi pemberdayaan perempuan (Sumber: 123RF)

Peran perempuan semakin terlihat di dunia bisnis, khususnya pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM). Lebih dari 50% pelaku UKM adalah perempuan, tak heran hal ini memicu berbagai industri fokus dalam pemberdayaan perempuan. Amartha yang merupakan perusahaan financial technology (fintech) memiliki tujuan untuk menciptakan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat kelas menengah bawah, khususnya kaum perempuan.

Katrina Inandia, Head of Impact & Sustainability of Amartha memaparkan bahwa investing with impact merupakan bisnis utama Amartha. Ia menambahkan sejak 2010, dimana masih berupa koperasi, Amartha telah hadir untuk fokus memberikan dampak pada para perempuan yang memiliki usaha.

“Kami meyakini peran UKM mampu menjadi kunci untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi Indonesia, ditambah pelaku UKM didominasi oleh perempuan. Alhasil, kami fokus pada para pengusaha perempuan sejak awal berdiri,” ungkap Kartina pada acara Marketeers iClub yang bertajuk Adaptive Sustainability, Delivering Value with Values secara virtual, Jumat (29/10/2021).

Pada tahun 2016, Amartha menghubungkan pemberi pinjaman di kota dengan para peminjam di desa melalui aplikasi digital peer-to-peer (P2P) lending platform. Para peminjam di dalamnya merupakan sosok ibu yang memiliki usaha. Katrina menegaskan bahwa Amartha paham betul bahwa risiko micropreneurs lebih tinggi, oleh sebab itu Amartha dilengkapi dengan beberapa inisiatif yang dilakukan.

“Amartha menggabungkan beberapa micropreneurs ini ke dalam komunitas yang telah terbagi, nantinya akan diberi pelatihan yang dikoordinasikan langsung oleh tim Amartha. Menariknya Amartha memiliki salah satu sistem yang disebut Tanggung Renteng, dimana risiko dikelola dengan baik melalui tanggung jawab kolektif,” ujarnya.

Menurutnya, bisnis berkelanjutan telah tercermin pada objective yang ingin diraih Amartha. Antara lain strategi dalam menciptakan kemakmuran bersama, yakni melalui penerapan praktik pemberian pinjaman yang etis, mempromosikan pembiayaan berkelanjutan dan mendukung pemberdayaan perempuan.

“Dalam memastikan strategi yang diterapkan berjalan baik, kami mengedepankan transparency. Seluruh kegiatan yang dilakukan serta dampak yang berhasil diraih dapat dilihat oleh lenders dan borrowers,” imbuh Katrina.

Tak hanya itu, Amartha turut menggunakan panduan prinsip seperti pada Sustainable Development Goals (SDG’s), Environment Social and Government (ESG), Client Protection Principles (CPP), Women Empowerment Principles (WEP). Amartha membandingkan pengelolaanya dengan metrik SDG’s yang dipilih berdasarkan relevansinya dengan model bisnis, khususnya dalam kemajuan ekonomi pedesaan dan pemberdayaan perempuan.

“Salah satunya adalah nilai SDG’s yang ke-4, terkait memastikan pendidikan adalah prioritas utama. Berdasarkan laporan dari Amartha Social Accountability pada tahun 2019, sekitar 97,9% mitra Amartha telah berhasil menyekolahkan anak-anak mereka,” tegas Katrina.

Ia menjelaskan sifat pendanaan dari Amartha ini adalah dana untuk bekerja. Jadi, hasil dari pekerjaan itulah yang menjadi dana untuk anak-anak sekolah. Pada laporan yang sama, pendapatan rata-rata mitra pun meningkat dua kali hingga tujuh kali lipat dan 25% usaha mitra Amartha telah mampu mempekerjakan satu atau lebih orang.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related