Corporate Social Responsibility (CSR) kini tidak lagi dipandang sebagai aktivitas tambahan, melainkan telah menjadi bagian penting dari strategi inti perusahaan. CSR hadir sebagai komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan lingkungan, sekaligus membangun reputasi yang berkelanjutan.
Di tengah perubahan sosial dan ekspektasi publik yang semakin tinggi, perusahaan yang mampu mengintegrasikan CSR ke dalam kegiatan operasionalnya dinilai lebih siap menjawab tantangan masa depan.
Dalam sesi bertajuk “Inclusive Prosperity: How Can Business Drive The Wellbeing of Society?” dalam rangkaian Jakarta Marketing Week (JAKMW) 2025 yang diselenggarakan di Kota Kasablanka, Jakarta, Ardhi Ridwansyah, Deputy CEO MarkPlus Institute, menyatakan bahwa CSR saat ini bukan lagi hal yang diperdebatkan.
BACA JUGA: PT Advance Medicare Corpora Bawa Dampak Sosial lewat Program CSR
“Dulu sempat dipertanyakan apakah CSR wajib bagi bisnis. Kini, CSR sudah menjadi bagian umum dari tanggung jawab perusahaan. Padahal, ini hanya tentang menyisihkan sebagian profit untuk kesejahteraan masyarakat,” ujar Ardhi.
Seiring berjalannya waktu, arah CSR pun berkembang. Tidak lagi sekadar kegiatan amal, CSR kini dirancang selaras dengan visi dan misi perusahaan.
Program seperti pemberian beasiswa, pelatihan kerja, dukungan terhadap usaha mikro, kecil dan menengah (UKM), hingga pemberdayaan masyarakat lokal menjadi bentuk konkret dari tanggung jawab sosial perusahaan yang terintegrasi dengan nilai bisnisnya. Integrasi ini memungkinkan perusahaan menjawab kebutuhan sosial sambil memperkuat citra dan nilai merek di mata publik.
Lebih dari sekadar menciptakan dampak eksternal, CSR juga membentuk budaya internal perusahaan. Karyawan merasa lebih bangga dan loyal terhadap perusahaan yang menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat.
Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, kepercayaan publik menjadi aset penting, dan CSR membantu membangun jembatan jangka panjang dengan konsumen dan pemangku kepentingan.
Senada dengan Ardhi, Adindya Fidza Handayana, Foreign Institutional Account Manager PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menilai CSR sebagai strategi yang mampu memperkuat positioning merek secara holistik.
“CSR bisa mengubah reputasi perusahaan, bahkan menjadi bagian dari inti strateginya. Contohnya lewat program beasiswa untuk anak kurang mampu yang mencerminkan nilai-nilai perusahaan,” katanya.
BACA JUGA: Coway Ekspansi ke Pasar Muslim Indonesia Lewat Program CSR
Kesadaran ini membuat banyak perusahaan mulai menjadikan CSR sebagai kebutuhan, bukan sekadar pemanis. Mereka memahami bahwa keberlanjutan bisnis sangat bergantung pada keberlanjutan sosial dan lingkungan sekitar.
Di industri seperti konstruksi, misalnya, CSR diwujudkan dalam bentuk kolaborasi dengan masyarakat lokal, menciptakan hubungan saling menguntungkan yang mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Bahkan dari sisi investor, aspek CSR semakin mendapat perhatian. Tren global menunjukkan bahwa alokasi dana untuk program Environmental, Social, and Governance (ESG) meningkat tajam hingga 180%, mencerminkan pergeseran nilai dalam pengambilan keputusan investasi.
Aloysius Wahyu Surya Agung, CEO WSA Construction+Planning, mengungkapkan hal serupa. “CSR tidak bisa lagi dianggap barang mewah, melainkan sebuah keharusan. Kini kami juga melihat return community, bukan hanya return finansial,” tuturnya.
Dengan menjadikan CSR sebagai bagian dari strategi inti, perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, tetapi juga meletakkan fondasi bagi keberlanjutan jangka panjang. Di era yang semakin sadar sosial, kontribusi nyata terhadap masyarakat menjadi tolok ukur baru dalam kesuksesan bisnis.
Editor: Dyandramitha Alessandrina