Percepat Pengembangan Panas Bumi, PGEO Gandeng PLN IP

marketeers article
Percepat Pengembangan Panas Bumi, PGEO Gandeng PLN IP (FOTO: Dokumentasi PGEO)

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) melakukan kemitraan strategis Joint Development Study Agreement (JDSA) dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk mempercepat pengembangan potensi panas bumi di Indonesia. Kemitraan ini merupakan langkah progresif dalam mencapai target transisi energi.

Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi menjelaskan bahwa PGE dan PLN IP telah mengadopsi skema baru untuk meningkatkan komersialitas proyek panas bumi dengan meningkatkan kapasitas produksi listrik melalui pemanfaatan air panas hasil pemisahan uap (brine).

Lebih lanjut, Julfi menyatakan bahwa kerjasama ini merupakan terobosan penting dalam pengembangan bisnis panas bumi. Melalui JDSA ini, mereka menetapkan sejumlah target Feasibility Study (FS), termasuk proyek co-generation yang menarik dan bankable dengan kajian yang komprehensif dan prudent untuk mencapai tingkat komersialitas optimal.

Target berikutnya adalah mencapai proyek Internal Rate of Return (IRR) yang menarik dengan penyelesaian Power Purchase Agreement (PPA) sesuai dengan koridor harga dalam Perpres 112/2022. Julfi juga menekankan pentingnya penggunaan teknologi yang terbukti dan matang untuk meningkatkan efisiensi, mempercepat Commercial Operation Date (COD), dan menurunkan capex.

Kerjasama ini merupakan kolaborasi antara dua grup BUMN energi di Indonesia, di mana PLN bertindak sebagai pembeli tunggal (sole off-taker) dan PGEO sebagai pemimpin di sektor energi panas bumi.

BACA JUGA: PGEO Gelar RUPSLB, Tunjuk Direktur Keuangan Baru

“Tujuan utamanya adalah memaksimalkan pemanfaatan potensi panas bumi Indonesia dan meningkatkan komersialitas bisnis ini untuk mencapai target 1 GW kapasitas terpasang dalam dua hingga tiga tahun ke depan,” kata Julfi dalam siaran pers, Senin (26/2/2024).

Potensi penambahan kapasitas terpasang melalui implementasi co-generation ini mencapai 230 MW. Lokasi yang menjadi prioritas untuk dilakukan FS adalah Ulubelu Bottoming Unit (BU) 30 MW dan Lahendong BU 15 MW.

Direktur Pengembangan Bisnis Dan Niaga PT PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta menilai bahwa JDSA merupakan pencapaian penting dan langkah awal yang tepat untuk mewujudkan transisi energi dan pertumbuhan bisnis panas bumi yang lebih baik ke depan. Mereka berkomitmen untuk mempercepat penyelesaian PPA sehingga target operasi dapat dicapai lebih cepat.

PGEO dan PLN IP sepakat untuk mempercepat proyek ini dan menjadikannya sebagai model bisnis untuk pengembangan panas bumi di masa depan. JDSA diharapkan dapat mempercepat pengembangan PLTP untuk mendukung transisi energi, terutama dengan karakteristik panas bumi sebagai beban listrik dasar (baseload).

Related