Pernikahan Crazy Rich Surabaya Usung Immersive Experience, Apa Itu?

marketeers article
Gelaran pernikahan Crazy Rich Surabaya (Sumber: Istimewa)

Pernikahan Crazy Rich Surabaya, Ryan Harris dan Gwen Ashley baru-baru ini menggemparkan publik. Bagaimana tidak, hajatan yang digelar di Grand Ballrom The Westin itu disebut-sebut menelan biaya fantastis mencapai Rp 75 miliar.

Dengan nominal yang demikian, Ryan dan Gwen menciptakan atmosfer pernikahan nan mewah bak royal wedding. Sebut saja dekorasi interiornya, yang dipenuhi beragam bunga hidup dari sepanjang lorong, hingga membuat suasananya seperti di taman sungguhan.

Bukan hanya dekorasi, pasangan yang melangsungkan pernikahan pada 18 November lalu ini juga mengundang sederet penyanyi ternama, di antaranya Brian Mcfadden mantan personil Westlife, Raisa, Lyodra, dan Afgan. Ini membuat pernikahan mereka terasa seperti konser betulan.

Terlepas dari biaya fantastis yang digelontorkan pasangan Crazy Rich Surabaya ini, mereka tak mengizinkan tamunya memberi amplop maupun hadiah. Itu diketahui dari undangan pernikahan yang juga viral di media sosial. 

Berbagai fasilitas yang demikian membuat pernikahan Ryan dan Gwen patut disebut sebagai immersive experience. Itu sesuai dengan lima kategori yang menjadi ciri khas pengalaman imerif, sebagaimana dijelaskan oleh CEO Marketeers, Iwan Setiawan dalam program Analisis yang tayang di channel Marketeers TV.

Lima Kategori Immersive Experience

Melansir Marketeers TV, Iwan menyebut ada lima komponen dasar yang membentuk immersive experience. Pertama ialah multisensory, yang berarti experience harus bisa men-trigger semua pancaindra, sehingga membuat seseorang merasa seolah-olah dikelilingi pengalaman itu.

Komponen kedua adalah interaktif, yang berarti ada dialog dua arah. Ketiga, partisipatif di mana seseorang bisa ikut serta dalam pengalaman tersebut. Keempat ialah frictionless experience, yang mana difasilitasi teknologi.

Frictionless experience, kata Iwan, membuat sejumlah touch point yang sebetulnya tidak terlalu penting bisa di-by pass dengan mudah. Adapun kategori terakhir untuk melengkapi immersive experience adalah storytelling, yang mana melingkupi keempat komponen tadi.

BACA JUGA: Saatnya Menyambut Era Marketing 6.0, Jangan Sampai Ketinggalan

Lebih lanjut, Iwan mencontohkan konser sebagai salah satu immersive experience. Sebab di dalamnya terdapat multisensory, di mana band yang bermain di atas panggung menstimulasi kelima pancaindra para penontonnya.

Band yang tampil itu biasanya akan berinteraksi dengan penonton, atau bahkan terjadi interaksi antarsesama penonton. Di dalam konser pula, biasanya ada partisipasi dalam bentuk bernyanyi bersama, atau si penyanyi mengajak salah satu penontonnya naik ke atas panggung.

“Tentunya juga ada frictionless experience, dalam hal ini pembelian tiket. Ada pengalaman-pengalaman digital yang membuat pengalaman menjadi lebih seamless, sehingga audiens bisa fokus pada nonton konsernya, bukan transaksionalnya,” jelas Iwan.

Penampilan dari si musisi itu sendiri akan menciptakan sebuah storytelling yang merangkum semua pengalaman tadi. Seakan-akan, audiens masuk ke dalam sebuah pengalaman yang imersif.

Marketing 6.0: The Future is Immersive

Pembahasan lebih lanjut mengenai immersive experience bisa ditemui dalam buku Marketing 6.0: The Future is Immersive. Ini merupakan buku yang ditulis oleh Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan.

Buku tersebut memberi pendekatan pemasaran masa depan yang menjawab pengalaman pelanggan yang semakin phygital. Marketing 6.0 menawarkan strategi pemasaran yang relevan dengan karakter dan preferensi mereka, seperti multisensori, interaktif, dan engagement.

BACA JUGA: Alasan Merek Perlu Teknologi Eksperiensial dan Imersif

Marketing 6.0: The Future is Immersive juga mengangkat tren digital baru, di antaranya ialah video pendek, media sosial berbasis komunitas, e-commerce interaktif, kecerdasan buatan (AI) berbasis bahasa, dan perangkat imersif. 

Termasuk, pembahasan yang membuka wawasan pemasar tentang multisensory marketing, spatial marketing, dan metaverse marketing untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang luar biasa.

Saat ini, buku Marketing 6.0 sudah bisa pre-order di laman Periplus. Jika Anda ingin mendalami Marketing 6.0 langsung dari penulisnya, silakan ambil bagian dalam acara Launching Marketing 6.0 yang akan digelar pada 19 Januari 2024. Beli tiket Anda sekarang di sini!

Related