Pertamina Berhasil Menghemat Biaya Produksi US$ 2,2 Miliar

marketeers article
Erick Thohir Ubah Susunan Komisaris dan Direksi Pertamina. (FOTO: Dok Pertamina)

PT Pertamina (Persero) mengklaim berhasil melakukan penghematan biaya produksi sebesar US$ 2,2 miliar atau setara Rp 32,6 triliun (kurs Rp 14.838 per US$) sepanjang tahun 2021. Angka tersebut dinilai cukup siginifikan di tengah tingginya harga minyak dunia saat ini.

Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina menjelaskan, perusahaan mengembangkan berbagai kebijakan dan strategi bisnis dari sisi keuangan maupun operasional sebagai upaya menghadapi tantangan harga minyak dunia yang melonjak signifikan. Dari strategi bisnis tersebut, selama tahun 2021 Pertamina berhasil melakukan optimalisasi biaya sebesar US$ 2,21 miliar, yang diperoleh dari program penghematan biaya (Cost Saving ) US$ 1,36 miliar.

Perusahaan juga melaporkan adanya penghindaran biaya (Cost Avoidance) sebesar US$ 356 juta serta tambahan pendapatan (Revenue Growth) sekitar US$ 495 juta. “Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya serta mengelola aspek finansial perusahaan, agar dapat menekan biaya termasuk memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki hasil cepat,” kata Emma melalui keterangannya, Minggu (19/6/2022).

Menurutnya, dari sisi finansial, Pertamina menerapkan program optimalisasi biaya di seluruh Pertamina Group yang meliputi penghematan biaya (Cost Saving), penghindaran biaya (Cost Avoidance), dan peningkatan pendapatan. Paralel dengan upaya penghematan, perusahaan pelat merah itu juga menjalankan program lindung nilai (hegding) untuk manajemen risiko pasar.

Selain itu, perseroan juga melakukan sentralisasi pengadaan, prioritas belanja modal dan manajemen aset serta liabilitas untuk menurunkan biaya atau beban bunga (cost of fund). Pertamina menerapkan pula strategi operasional dalam rangka meningkatkan pendapatan yang sebagian besar dijalankan oleh anak usaha yakni enam subholding.

“Di bisnis hulu, Pertamina terus meningkatkan produksi dan lifting Migas untuk memanfaatkan momentum naiknya harga minyak. Hasilnya, produksi naik 4% dan lifting 3%,” ujarnya.

Lebih lanjut, Emma menjelaskan, kinerja positif dari operasional hulu tersebut, disumbangkan dari Blok Rokan dan aset luar negeri serta konsisten menjaga tingkat produksi melalui pengeboran sumur dan penemuan sumber daya. Sepanjang tahun 2021, Pertamina telah melakukan pengeboran 12 sumur eksplorasi dan 350 sumur eksploitasi. Pada tahun yang sama, temuan cadangan (2C) telah mencapai 486,70 MMBOE, dan tambahan cadangan terbukti (P1) mencapai 623,47 MMBOE.

Di pengolahan dan petrokimia, pada tahun 2021 Pertamina menerapkan strategi optimasi crude and product. Hal ini telah berkontribusi pada peningkatan yield of value produk sekitar 3%. Strategi tersebut terkait dengan pemilihan dan substitusi ekonomis minyak mentah, dan memaksimalkan high valuable products dengan high spreads.

Di sisi lain, produksi kilang juga meningkat sebagai respons atas permintaan energi yang lebih tinggi akibat pemulihan ekonomi nasional. Lalu di lini transportasi dan logistik, Pertamina mengoptimalkan load factor untuk meraih pendapatan dan efisiensi biaya.

Di sisi bisnis gas, Pertamina juga meningkatkan volume perdagangan dan transportasi gas serta volume transportasi minyak. “Dan setelah legal end state, kami juga mengintensifkan resource sharing, seperti sharing fasilitas dan sharing development agreement, khususnya di upstream sub-holding,” pungkasnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related