Pertumbuhan Ekonomi Digital Tidak Diimbangi Pasokan SDM yang Cukup

marketeers article
Digital Economy Concept. Tablet computer in the hand. Old wooden background.

Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Diprediksi, pada tahun 2025 nanti, ekonomi digital Indonesia bernilai US$ 133 miliar. Perkembangan ekonomi digital ini didukung dengan pertumbuhan e-commerce yang pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 9,3% dengan nilai US$ 16 juta.

Namun begitu, ada fakta yang tidak sejalan dengan pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan ekonomi digital yang pesat tidak diimbangi dengan sumber daya di sektor ekonomi digital. Tiap tahun Indonesia kekurangan sumber daya manusia (SDM) di sektor ekonomi digital sebanyak 600 ribu orang.

“Pemerintah harus mencari cara untuk bisa mengatasi kesenjangan SDM di sektor ekonomi digital ini. Salah satunya bisa mengajak kerja sama dengan perusahaan digital dan juga perusahaan rintisan untuk mencari cara tercepat mengatasi kekurangan SDM di ekonomi digital,” kata Komisaris Bukalapak Bambang Brodjonegoro dalam webinar, bertema Talent Gap in Digital Economy Era yang diselenggarakan University of Technology Sydney dan Katadata, Selasa (23/11/2021).

Bambang menambahkan, pada tahun 2030 diperkirakan kebutuhan SDM di ekonomi digital mencapai 17 juta orang. Ini mulai terlihat dengan semakin banyaknya pekerjaan yang terkait dengan teknologi informasi. Kata Bambang, ada lima pekerjaan yang sekarang banyak diminati dan terkait dengan kemampuan teknologi informasi, yaitu back end developer, front end developer, android developer, full stack developer, dan data scientist.

Menurut Bambang, salah satu penyebab kurangnya sumber daya manusia yang mumpuni di bidang teknologi informasi adalah kurikulum yang tidak update. Kemudian, banyaknya lulusan IT yang tidak bekerja di sektor IT serta ada kesenjangan pemahaman di sektor pendidikan dengan perusahaan.

Menyikapi kondisi tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam mengatakan, kampus mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di bidang ekonomi digital. Saat ini, lanjutnya, 20% kampus di Indonesia sudah mempunyai program studi informatika dengan jumlah mahasiswa total sekitar 1 juta orang.

“Jadi, setiap tahun, ada lulusan sekitar 100 ribu mahasiswa yang siap pakai di industri teknologi informasi. Namun, jumlah itu masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan teknologi informasi. Karena itu, kampus harus mempunyai strategi khusus untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa agar bisa siap pakai,” kata Nizam.

Nizam menambahkan, kampus sudah mempunyai sejumlah strategi untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa di bidang teknologi informasi, antara lain kampus bekerja sama dengan perusahaan informatika. Selain itu, juga bekerja sama dengan kampus internasional dengan cara pertukaran mahasiswa serta riset bersama dan yang tidak kalah penting adalah kampus memaksa mahasiswa untuk menciptakan produk yang inovatif.

Dosen senior University of Technology Sydney Diep Nguyen mengatakan, ekonomi digital bukan lagi tentang masa depan, tetapi sudah terjadi saat ini. Dia memberi contoh, ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, semua pekerjaan termasuk belajar mengajar bisa dilakukan dari rumah.

“Karena itu, guru, dosen dan juga tenaga pengajar lainnya harus meningkatkan skill digital mereka. Bagaimana guru dan dosen tetap bisa mengajar dan murid atau mahasiswa di rumah masing-masing. Ini tidak bisa dilakukan dalam 1-2 hari,” jelas Diep.

Menurut Diep, ekonomi digital perlu rencana jangka panjang. Karena itu, salah satu solusinya adalah pembelajaran secara terus menerus.

“University of Technology Sydney membuka kelas pelatihan tentang ekonomi digital. Pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan skill atau kemampuan peserta contohnya memahami tentang blockchain yang saat ini tengah naik daun,” tegasnya.

    Related