Perubahan Tren Public Relations dalam Acara Brand

marketeers article
Ilustrasi public relations. (FOTO: 123rf)

Tren penyelenggaraan acara brand oleh agensi atau praktisi hubungan masyarakat (public relations) mulai kembali ke offline setelah dua setengah tahun saat pandemi COVID-19 dilaksanakan sepenuhnya secara online. Meski sudah tidak terjadi pembatasan, namun pelaksanaan acara secara online tetap menjadi opsi jika ada keterbatasan jarak.

“Kalau yang berubah sekarang itu sudah ada pilihannya banyak, offline dan online meeting, tidak seperti dulu saat pandemi tidak bisa offline. Jadi kalau misalkan ingin mendatangkan client dari luar negeri sekarang sudah tidak ada masalah,” ujar Dyah Ayu Arini, Senior Consultant Maverick Indonesia  kepada Marketeers, Kamis (13/7/2023).

Namun, lanjut Dyah, yang tidak berubah adalah dari sisi komunikasi. Jalinan komunikasi pascapandemi tetap sama saat seperti masa pandemi. 

Sebab itu, brand tetap harus berkomunikasi dengan customer-nya. Akan tetapi, Dyah melihat dalam menyiapkan komunikasi saat ini, social bubble sedang menjadi consent.

BACA JUGA: Content Creator Anakbrand Jajaki Bisnis Agensi Pemasaran

“Yang paling terasa ketika kami menyiapkan komunikasi adalah social bubble. Informasi sekarang sudah bisa didapat dari mana saja. Tantangan bagi kami adalah bagaimana caranya kami untuk bisa masuk ke dalam bubble ini guna menyampaikan pesan dari brand kepada mereka. Kemudian ekosistem mereka seperti apa, karena informasi dapat dengan mudah didapat lewat sosial media dan lainnya, atau yang paling mudah lewat chat,” ujar Dyah.

Sebagai informasi, social bubble adalah konsep yang mengacu pada pembentukan kelompok kecil atau lingkaran sosial terbatas yang terdiri atas beberapa individu atau keluarga yang sepakat untuk saling berinteraksi secara langsung dan teratur. Dalam social bubble, anggota kelompok tersebut membatasi kontak mereka dengan orang di luar kelompok tersebut dengan tujuan untuk mengurangi risiko penularan penyakit atau virus, seperti COVID-19.

Ketika berbicara tentang perubahan dari perspektif pelanggan, public relations harus memiliki pemahaman yang taktis terlebih dahulu. Terdapat berbagai langkah yang dapat dilakukan untuk berinteraksi dengan audiens, namun yang paling penting adalah memahami kebutuhan klien. 

BACA JUGA: Agensi Taiwan cacaFly Gandeng Metrodata Luncurkan Usaha Patungan

“Selama masa pandemi, kami telah mengamati bahwa audiens utama kami adalah Generasi Z. Mereka merupakan pengambil keputusan yang semakin berperan, oleh karena itu kami selalu memperbarui pengetahuan kami agar tetap berada di garis depan tren terkini. Kami juga melakukan proyeksi untuk melihat tren yang terus berkembang dan tren yang hanya bersifat sementara,” tutur Dyah.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related