PHK Startup, Pengamat: Bukan Efek Bubble

marketeers article
PHK Startup, Pengamat: Bukan Efek Bubble (FOTO:123RF)

Pengamat industri startup Ignatius Untung memiliki pendapat berbeda tentang PHK yang dilakukan sejumlah startup beberapa hari terakhir. Menurutnya, PHK yang terjadi pada startup bukan merupakan dampak yang terjadi akibat pecahnya bubble pandemi.

Arti bubble sendiri menyitir Investopedia, yakni pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan eskalasi cepat pada nilai pasar, terutama pada harga aset. Pandemi Covid-19 dinilai beberapa pengamat merupakan bubble yang mendorong pertumbuhan beberapa industri startup menjadi lebih cepat.

“Kalau menurut saya, bubble burst (pecahnya gelembung) itu satu kategori bisnis dijual berlebih, lalu orang masuk, terus sebenarnya potensinya tidak sebesar yang dijual. Ketika orang tahu, orang ramai-ramai keluar. Saya tidak melihat tech startup seperti itu,” ujarnya ketika ditemui di The Langham, Jakarta, Selasa (31/5/2022).

Anggapan pecahnya bubble mulai muncul ketika dalam jeda waktu yang tidak lama, PHK melanda startup seperti Zenius, JD.ID, dan LinkAja dengan alasan efisiensi. Pria yang disapa Untung tersebut yakin bahwa resesi yang sedang menanti menjadi alasan mengapa startup melakukan PHK.

Ketakutan akan resesi tidak secara langsung berpengaruh kepada startup, namun berpengaruh kepada investor, yang menjadi sumber dana bagi kebanyakan startup. Dengan anggapan bahwa resesi akan terjadi dalam waktu tidak lama lagi, banyak investor kemudian berbondong-bondong menahan arus investasi mereka, salah satunya kepada startup.

Dengan arus modal yang terhambat, tentu bagi sebagian startup yang masih mengandalkan modal dari investor, hal ini menjadi kendala, lantaran harus menghemat pengeluaran. Sementara, startup tidak dapat dipungkiri menjadi perusahaan yang didesain dengan pertumbuhan cepat, sehingga efisiensi menjadi salah satu upaya yang perlu dalam menjaga kesehatan finansial perusahaan.

“Resesi. Cuma itu saja. Dan saya sudah memvalidasi. Minggu lalu saya ketemu beberapa teman yang bekerja di venture capital (perusahaan pemodal). Semua ngomongnya sama,” katanya.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh salah satu pelaku startup dari jenis education technology (edutech). Roman Kumar Vyas, CEO dan Founder dari startup Refocus, perusahaan rintisan justru meyakini bubble yang pecah jadi salah satu alasan terjadinya gelombang PHK pada startup. Pecahnya bubble menurut Roman menjadi penanda startup yang benar-benar mampu mengelola bisnis dengan baik.

“Pandemi membuat startup merasa sangat nyaman. Tapi ketika pandemi mereda, itu menunjukan siapa saja yang benar-benar mengerti digital marketing, mengerti menjalankan bisnis, dan lain-lain,” tukasnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related