PLN Produksi Listrik Hijau 1,67 Juta MWh, Serap 1,87 juta ton Emisi

PT PLN (Persero) mengimplementasikan teknologi substitusi batu bara atau co-firing biomassa di 47 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sepanjang tahun 2024. Dengan cara itu, perseroan menghasilkan energi hijau sebesar 1,67 juta Megawatt hour (MWh).
Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN menjelaskan capaian tersebut meningkat sebesar 60% dibandingkan dengan tahun 2023 yang hanya mencapai 1,04 juta MWh. Dari peningkatan tersebut, konsumsi biomassa sepanjang 2024 tercatat mencapai 1,62 juta ton, tumbuh signifikan dibandingkan konsumsi biomassa pada tahun 2023 sebanyak 1 juta ton.
BACA JUGA: Naik 117%, Layanan Listrik Hijau PLN Telah Digunakan 7.354 Pelanggan
Pemanfaatan biomassa pada teknologi co-firing di PLTU ini mampu menurunkan emisi karbon sebesar 1,87 juta ton emisi gas karbon pada tahun 2024.
“PLN akan terus menggenjot penerapan co-firing biomassa sebagai bagian dari strategi untuk menurunkan emisi melalui pemberdayaan masyarakat lokal,” kata Darmawan melalui keterangan resmi, Senin (3/2/2025).
BACA JUGA: Program Elektrifikasi Pertanian PLN Tumbuhkan Pendapatan 9,35% pada 2024
Darmawan menyampaikan dulu PLN hanya bertugas menyediakan listrik, tetapi kini tugas PLN adalah menyiapkan energi yang bersih dan affordable. Tujuannya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, sekaligus pada saat yang sama juga menjaga kelestarian lingkungan.
Co-firing biomassa yang dijalankan PLN berhasil menyumbang bauran energi terbarukan sebesar 1,86% pada tahun 2024. Jumlah ini meningkat jika dibanding tahun 2023 yang berada di kisaran 1,2%.
Pada tahun 2024, kata Darmawan, PLN memanfaatkan berbagai sumber biomassa untuk mendukung co-firing di PLTU meliputi sawdust, woodchip, cangkang sawit, sekam padi, pellet sekam padi, dan bonggol jagung.
Kemudian ada pula bahan lain yaitu bahan bakar jumputan padat (BBJP), pellet tankos kelapa sawit, cangkang kemiri, dan limbah racik uang kertas (LRUK). Pemanfaatan biomassa tidak hanya berkontribusi dalam peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia, tetapi juga mendukung prinsip keberlanjutan dalam aspek Environmental, Social, and Governance (ESG).
Selain mengurangi emisi karbon, teknologi ini turut mendorong pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien dan berkelanjutan.
“Melalui biomassa, kita dapat menciptakan ekonomi sirkuler dengan memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang sebelumnya tidak bernilai. Selain itu, lahan-lahan kritis bisa direvitalisasi agar lebih hijau dan produktif,” ujar Darmawan.
Darmawan menambahkan pada tahun 2025, teknologi co-firing biomassa akan diperluas ke 52 PLTU dengan proyeksi kebutuhan biomassa mencapai 10,2 juta ton per tahun. Untuk memastikan ketersediaan pasokan, PLN akan terus mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan, salah satunya melalui program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu.
Editor: Ranto Rajagukguk