Potensi Bisnis Baru Melalui 1.500 Agenda Balap Nasional per Tahun

marketeers article
Scarperia, 25 March 2021: Porsche 911 GT3 R of Herberth Motorsport Team driven by Allemann-Bohn-Renauer-Renauer in action during 12h Hankook Race at Mugello Circuit in Italy.

Kabar baik menghampiri para pengusaha yang membutuhkan media untuk melakukan promosi maupun mengembangkan bisnisnya melalui kegiatan otomotif. Pasalnya, dalam setahun setidaknya ada 1.500 gelaran balap baik itu motor dan mobil berskala nasional di Indonesia.

Ketua Willys Owners Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai pengurus Ikatan Motor Indonesia (IMI) Nanan Soekarna mengatakan, seharusnya potensi industri otomotif dapat dioptimalkan agar mampu menggerakkan roda ekonomi secara masif. Apalagi, geliat industri otomotif tak pernah surut dan memiliki banyak komunitas yang dapat dimanfaatkan sebagai media pemasaran.

“Sebenarnya bukan IMI yang mencari uang (sponsor), tapi pengusaha yang mencari IMI. Sebab, dalam setahun ada event balap sebanyak 1.500 kali di seluruh Indonesia. Secara tidak langsung kami turut mendukung program pemerintah untuk mengembangkan ekonomi,” kata Nanan dalam acara CMO Club Gathering secara virtual, Kamis (18/11/2021).

Menurutnya, komunitas-komunitas pecinta otomotif baik itu motor maupun mobil dapat menjadi media yang cukup efektif dan murah untuk promosi. Biasanya, mereka bisa menyampaikan informasi dari mulut ke mulut sehingga bisa meningkatkan penjualan.

Nanan mencontohkan, metode promosi dari mulut ke mulut yang sukses pada komunitas otomotif, yakni salah satu bengkel mobil tua Volkswagen (VW) di Semarang, Jawa Tengah. Bengkel itu bisa memodifikasi dan bahkan memasarkan produknya hingga ke Eropa. Sedangkan di dalam negeri, prestasi tersebut tidak mendapatkan sorotan dari awak media.

“Kalau mobil tua itu multiplier effect-nya banyak, mulai dari bengkel, tukang las, tukang cat dan semuanya dapat order. Builder-builder di Indonesia sekarang juga sudah baik dan kompetitif, seperti yang ada di Semarang dan lainnya itu sudah banyak,” kata dia.

Tak hanya itu, Nanan menyebut, melalui komunitas otomotif mampu menggeliatkan industri pariwisata yang saat ini mati suri terpukul pandemi COVID-19. Caranya melalui kegiatan touring yang kerap digelar oleh komunitas baik itu motor maupun mobil.

Potensi semakin terbuka dengan besarnya pengeluaran (spending) oleh para pesertanya yang mampu menjadi ladang bisnis khususnya sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM). Bahkan, tak jarang saat melakukan touring komunitas tersebut melakukan bakti sosial untuk masyarakat yang dilewati atau disinggahinya.

“Komunitas kami tidak berdagang atau berbisnis, bahkan kami mengeluarkan banyak uang untuk hobi. Kebanyakan orang melihatnya justru seperti orang gila dengan naik motor atau mobil yang tua panas-panasan. Tapi, ujungnya adalah kebahagiaan dengan melepaskan status dan menggunakan hati nurani serta spiritualisme untuk berbagi,” tandasnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related