Potensi Sulawesi Selatan Jadi Motor Ekonomi Nasional di Era New Normal

marketeers article
Makassar, Sulawesi, Indonesia February 28, 2019: Evening shot of Pulau Khayangan island in front of the harbor. Brown concrete silos and large red Pan Begonia bulk carrier. City skyline.

Perekonomian RI melambat sejak kuartal II tahun ini akibat pandemi COVID-19. Demikian pula dengan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsesl) yang perekonomiannya turun hingga 3,87%. Selama ini, Sulsel selalu meraih pertumbuhah yang lebih tinggi dari nasional. Sebagai contoh di tahun 2019, provinsi ini bisa ekonominya bisa tumbuh hingga 6,2% di saat nasional tumbuh 5,02% saja.

“Bank Indonesia memprediksi hingga penghujung tahun ini Indonesia masih bisa tumbuh positif, antara 0,9%-1,9%. Hanya saja ketidakpastian ekonomi, baik di tingkat global dan nasional, masih tinggi. Sehingga, dalam perjalanannya nanti pertumbuhan ekonomi masih bisa berubah,” kata  Endang K. Saputra, Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan, di acara Government Roundtable Series, COVID-19 New, Next, Post; Sulawesi Selatan: Motor Baru Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Endang menambahkan, perekonomian Sulsel bisa bangkit di kuartal 3 & 4 tahun ini. Saat ini, sektor yang terpukul di provinsi ini adalah perdagangan besar, transportasi, dan pariwisata. Beberapa sektor utama masih bisa bergerak, seperti pertanian, perkebunan, dan pertambangan.

Tidak hanya sekadara bangkit, Sulsel bahkan bisa menjadi motor penggerak ekonomi di Indonesia Timur dan Indonesia secara keseluruhan. Salah satu sektor yang bisa menjadi penggerak ekonomi adalah pertanian. Sulsel merupakan salah satu daerah penghasil padi terbesar di Indonesia.

Provinsi ini mampu memproduksi padi hingga 4 juta ton per tahun. Sedangkan yang dikonsumsi hanya 900 ribu ton per tahun. Sehingga, 3,1 juta ton sisanya merupakan aset perdagangan dan bisa didistribusikan ke daerah-daerah lain.

Dalam pengamatan BI, kapasitas produksi padi ini masih bisa ditingkatkan hingga 8 juta ton per tahun. Hal ini memungkinkan tercapai karena Pemprov Sulsel sedang membangun sistem pengairan terpadu. Bila kapasitas produksi ini berhasil dimaksimalkan, Sulsel bisa menjadi provinsi termaju di Indonesia Timur dan lumbung padi di Indonesia. “Untuk mendorong produktivitas pertanian, BI telah memberdayakan petani lewat digital farming,” kata Endang.

Kemudian, sektor pertambangan, khususnya untuk biji nikel juga bisa menjadi masa depan Sulsel. Sekarang ini, pertambangan menyumbang 4% dari PDB Sulsel. Nikel merupakan bahan baku untuk pembuatan baterai pada mobil listrik yang sekarang ini mulai berkembang.

Selain itu, sektor perkebunan juga bisa menjadi andalan Sulsel dalam menggenjot perekonomian. Kakao menjadi produk andalan daerah ini. Bahkan, Sulsel merupakan grinder kakao terbesar di dunia. “Ke depannya, Sulsel bisa menjadi major exporter dunia,” tambah Endang.

Tentunya, selain sektor-sektor tersebut di atas beberapa sektor lain juga berpotensi dalam menopang pertumbuhan ekonomi Sulsel. Di antaranya, sektor pariwisata, kelautan, dan lainnya.

Salah satu daerah yang pariwisatanya cukup berkembang adalah Tana Toraja. Daerah ini memiliki berbagai destinasi yang menari para wisatawan baik mancanegara dan dalam negeri.

“Selama COVID-19, sektor pariwisata sangat terdampak. Namun, ke depannya sektor ini akan bisa bangkit dengan mengikuti protokol kesehatan,” kata Nicodemus Biringkanae, Bupati Tana Toraja.

    Related