Potret Perubahan Perilaku Konsumen di Industri Ritel

marketeers article
Woman protects herself from infection with the surgical mask and gloves, with shopping cart for shopping at supermarket after coronavirus pandemic.

Menjadi salah satu industri yang paling terdampak COVID-19, perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja begitu terasa pada industri ritel. Laporan terbaru Emerson’s Commercial & Residential Solutions memotret, perubahan ini berdampak pada hampir seluruh rantai pasokan.

Survei Emerson bertajuk Laporan Riset Pasar: Survei Konsumen Rantai Pendingin selama COVID-19 ini dilakukan kepada 604 responden berusia 20-60 tahun di Indonesia, Australia, China, India, Filipina, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Thailand dan Uni Emirat Arab.

Hasil survei ini menunjukkan, delapan dari 10 responden memperhatikan kualitas dan keamanan suhu makanan di seluruh rantai pasolan selama pengiriman dan penyimpanan makanan.

Selain itu, sebanyak 72% responden berencana untuk kembali berbelanja di pasar tradisional, supermarket, hypermarket, setelah pembatasan sosial COVID-19 dihapus, namun tetap mengharapkan kualitas dan kesegaran makanan yang terjamin. Terlebih, banyak konsumen, termasuk mayoritas responden di India dan China, mengatakan mereka akan terus membeli bahan makanan segar secara daring.

“Dibandingkan sebelum pandemi terjadi, saat ini konsumen lebih mementingkan kualitas bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi, lingkungan belanja yang higienis, serta kualitas alat pendingin, dibandingkan harga yang lebih ekonomis,” tulis representatif Emerson di Hong Kong, Kamis (05/11/2020).

Pandemi COVID-19 juga mengubah preferensi tempat bagi masyarakat dalam mengonsumsi makanan. Saat ini, lebih sedikit konsumen yang bersantap di luar rumah.

Rata-rata 47% responden mengatakan, mereka akan memilih untuk tetap memasak dan makan di rumah, bahkan ketika pembatasan sosial telah dilonggarkan. Mayoritas responden di Afrika Selatan (84%), India (77%), Filipina (72%), Australia (61%) dan Indonesia (60%) cenderung memilih untuk makan di rumah dibandingkan di rumah makan.

Alhasil, konsumen akan terus membeli produk segar dari toko ritel. Di satu sisi, perubahan tersebut menciptakan peluang baru bagi toko ritel, supermarket, dan toko daring yang ingin melakukan penyesuaian dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang preferensi konsumen, serta mengatasi kekhawatiran mereka tentang keamanan dan kualitas pangan melalui peningkatan teknologi pendingin.

Beberapa pasar utama di Asia juga menunjukkan geliat pertumbuhan pesat dari sektor e-Commerce yang menjual makanan segar. China menempati urutan pertama dengan 88% responden memilih untuk memesan makanan segar dari toko daring atau melalui aplikasi seluler, diikuti oleh Korea Selatan (63%), India (61%), dan Indonesia (60%).

Bahkan setelah pembatasan dilonggarkan, 52% responden di India dan 50% responden di China mengatakan mereka akan terus membeli makanan segar secara daring.

Dengan banyaknya jumlah persediaan makanan yang didinginkan dan dibekukan, pusat distribusi besar menghadapi tantangan unik untuk mencegah kerusakan makanan dan menjaga kualitas pangan dalam skala besar. Terlebih lagi, banyak dari mereka yang memasok untuk pemenuhan kebutuhan ritel e-Commerce makanan.

Tak mau kehilangan peluang, Emerson meluncurkan solusi layanan untuk membantu operator pusat distribusi dengan sistem pendingin yang dikontrol ketat, pemantauan suhu, fasilitas, aset, serta pengiriman yang terintegrasi untuk memastikan kualitas makanan tetap terjaga dalam proses pengiriman.

Related