PRAISE Dukung Pengelolaan Sampah dengan Prinsip Sirkular Ekonomi

profile photo reporter Ellyta Rahma
EllytaRahma
13 September 2019
marketeers article

Sampah masih menjadi masalah besar di dunia, termasuk Indonesia. Data yang dikumpulkan oleh Mckinsey.org mengatakan bahwa kini tahun 2019, Indonesia berhasil memproduksi  67 juta ton sampah.  Sampah ini menumpuk dengan minimnya aksi pengolahan untuk mengurangi tumpukan tersebut.

Melihat dampak yang ditimbuklan oleh sampah baik terhadap lingkungan maupun sosial, pemerintah menargetkan untuk melakukan 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah pada tahun 2025.

Namun, saat ini kebijakan pengolahan sampah TPS3R yang dicanangkan masih mengalami kendala karena masih minimnya pengetahuan untuk menjalankan mekanisme pemilahan sampah.

“Untuk mendukung target tersebut, sektor swasta melalui Packaging dan Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE) mendorong pemerintah untuk melibatkan Extended Stakeholder Responsiblity (ESR) dengan menggunakan sistem ekonomi sirkular yang meningkatkan keterlibatan komunitas untuk pemilahan sampah, juga memandatakan sampah kemasan yang bisa digunakan kembali oleh industri,” jelas Sinta Kaniawati dari PRAISE di Jakarta, Kamis (12/09/2019).

Metode ekonomi sirkular memungkinkan sampah kemasan memiliki daya guna dan nilai ekonomis. Dikutip dari laporan Ellen MacArthur, tanpa pemahaman ekonomi sirkular, 95% nilai ekonomis bahan kemasan, termasuk plastik sekali pakai akan hilang. PRAISE, yang melibatkan enam perusahaan consumer goods di Indonesia, yaitu Coca Cola, Danone, Indofood, Nestle, Tetra Pak, dan Unilever bekerja sama untuk mendorong kolaborasi pemerintah dan komunitas untuk mengelola sampah dengan perhitungan nilai ekonomis dari sampah itu sendiri.

“Dengan pendekatan ESR yang melibatkan enam perusahaan, PRAISE dapat mendorong komunitas agar mengelola sampah dengan metode sirkular ekonomi. Di mana setiap sampah yang diolah harus memiliki nilai ekonomi yang dapat mendorong ekonomi masyarakat. Dengan demikian, sampah yang sebelumnya dianggap sebagai bahan tidak berguna, kini justru bisa menjadi sumber mata pencarian yang menjanjikan bagi masyarakat,” tutup Sinta.

Editor: Sigit Kurniawan

Related