Produksi Mobil Listrik, VW Bakal Investasi di Indonesia

marketeers article

Volkswagen (VW), pabrikan otomotif asal Jerman dikabarkan tertarik untuk menanamkan investasi di Indonesia untuk memproduksi kendaraan listrik. Minat VW diungkapkan ketika bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat kunjungan ke Hannover.

Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menuturkan VW akan masuk ke Indonesia melalui anak perusahaannya, PowerCo, untuk membangun industri baterai kendaraan listrik secara terpadu. Investasi itu akan digunakan menyuplai produk baterai listrik kepada sejumlah merek otomotif di bawah naungan VW Group.

BACA JUGA: Charging Station Rumahan VW Resmi Dijual Mulai US$ 440

PowerCo  merupakan anak perusahaan VW yang didirikan tahun 2022 dan berkantor pusat di Salzgitter, Jerman. Perusahaan menjalankan semua aktivitas baterai Volkswagen Group, mulai dari memproses bahan mentah, mengembangkan baterai hingga mengelola gigafactories Eropa.

PowerCo ditargetkan menyuplai 80% produk baterai listrik kepada sejumlah merek otomotif di bawah naungan Volkswagen Group seperti di antaranya Audi, Skoda, Lamborghini, Porsche, Bentley dan Ducati. 

“VW akan bekerja sama dengan beberapa perusahaan nasional dan asing. Kami siap mengawal agar rencana investasinya segera terealisasi,” ujar Bahlil melalui keterangannya, Selasa (18/4/2023).

BACA JUGA: Edisi Sport VW Tiguan Allspace Ditawarkan Secara Eksklusif

Menurutnya, rencana investasi dari Jerman ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia terbuka dalam menarik modal asing. Tidak hanya di benua Asia, tapi juga dari benua Eropa, atau bahkan Amerika Serikat (AS).

Selama periode 2018 hingga 2022, Jerman menempati posisi ke-16 dalam peringkat negara asing dengan nilai investasi tertinggi dengan total investasi sebesar US$ 991 juta. Berdasarkan bidang usaha, investasi paling tinggi ada pada sektor industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik dan jam senilai US$ 308,4 juta dan investasi terbesar berada di Jawa senilai US$ 499,8 juta.

“Saya pikir ini sebagai bentuk investasi inklusif sekaligus dapat menganulir cara berpikir dunia internasional yang menganggap pertambangan di Indonesia tidak memperhatikan kaidah-kaidah internasional,” tutur Bahlil.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related