Produsen Smartphone Cina Ramai-Ramai Incar Pasar Premium

marketeers article
Ilustrasi. (FOTO: 123rf)

Produsen smartphone asal Cina berusaha merangsek pasar ponsel kelas atas untuk menantang dominasi Apple dan Samsung. Dalam Mobile World Congress, pameran ponsel terbesar dunia di Barcelona, Spanyol pekan lalu, para produsen smartphone Cina memiliki sejumlah stan dan display yang paling menonjol karena meluncurkan produk-produk baru.

Dilansir dari CNBC, Selasa (7/3/2023), bulan lalu, Oppo, produsen smartphone terbesar keempat di dunia meluncurkan ponsel lipatnya yang disebut Find N2 Flip yang dibanderol dengan harga lebih dari US$ 1.000. Kompetitor terkuatnya yang lebih besar, yaitu Xiaomi menyusul dengan memboyong Xiaomi 13 dan Xiaomi 13 Pro seharga US$ 1.000.

Honor, perusahaan yang memisahkan diri dari raksasa telekomunikasi Cina, Huawei juga meluncurkan smartphone lipat seharga US$ 1.690 yang disebut Magic Vs. Ponsel mahal ini mewakili pergeseran strategi dari perusahaan-perusahaan Cina yang telah menjadi terkenal selama bertahun-tahun dengan menawarkan perangkat yang lebih murah dan spesifikasi seperti flagship.

“Banyak perusahaan seperti Oppo, Xiaomi, OnePlus, Vivo, realme, dan lainnya ingin bersaing untuk mendapatkan tempat di pasar bersama Apple dan Samsung yang makin mendominasi penjualan di seluruh dunia,” kata Ben Wood, kepala peneliti di CSS insight.

Produsen smartphone Cina incar pasar premium

Perubahan strategi produsen smartphone Cina itu menyusul data pengiriman pasar ponsel tahun lalu yang mencapai level terendah sejak 2013. Namun, pangsa pasar smartphone kelas atas dengan harga di atas US$ 800, naik dari 11% pada tahun 2020 menjadi 18% untuk tahun 2022.

Apple dan Samsung secara gabungan menguasai hampir seluruh pasar tersebut. Dengan melihat itu, produsen smartphone Cina melihat adanya peluang demi mengerek keuntungan lebih lanjut.

“Ada dorongan untuk pasar premium yang menuntut harga jual dan margin yang lebih tinggi,” ujar Wood.

Dorongan kelas atas ini juga bertepatan dengan pembukaan kembali Cina setelah negara tersebut secara tiba-tiba membatalkan aturan pencegahan COVID-19 yang ketat pada bulan Desember 2022. Hal ini memudahkan para pemimpin perusahaan yang sebagian besar terjebak di Cina sejak awal 2020, untuk bepergian ke luar negeri.

Di samping itu, hal tersebut juga bertepatan dengan dorongan baru dari perusahaan-perusahaan Cina untuk memperluas jangkauan global mereka. Pada tahun 2022, pangsa pasar produsen smartphone Cina, realme, Oppo, dan Xiaomi menurun di Eropa.

Sementara itu, Apple dan Samsung relatif stabil. Perusahaan-perusahaan Cina berharap dapat mengubahnya sekarang setelah ekonomi domestik dibuka kembali.

“Pelonggaran pembatasan adalah ‘reboot‘ bagi perusahaan-perusahaan yang memproduksi dan mengekspor ke pelanggan global untuk bertemu langsung dan memperluas hubungan serta peluang bisnis,” kata Neil Shah, partner di Counterpoint Research.

“Jadi, selama 12 bulan ke depan kita terus melihat lonjakan bisnis Cina serta turis yang berbondong-bondong ke luar Cina yang akan meningkatkan strategi global mereka,” Neil Shah melanjutkan.

Tantangan ke Depan

Para produsen smartphone Cina belum berhasil menembus segmen pasar premium. Namun, hal itu tidak dengan Huawei yang berhasil menemukan kesuksesan di ponsel kelas atas dan menjadi pemain smartphone terbesar secara global pada tahun 2020, sebelum sanksi Amerika Serikat (AS).

Xiaomi, Oppo, Honor dan produsen ponsel Cina lainnya menghadapi sejumlah tantangan di segmen premium. Pertama, pengenalan merek.

Menurut Wood dari CCS Insight, perusahaan Cina menghabiskan sejumlah besar dana untuk kampanye iklan demi meningkatkan brand awareness. Kedua profitabilitas. Shah, partner di Counterpoint Research menilai masalah terbesar lain dari produsen Cina adalah profitabilitas yang berkelanjutan.

Dia menilai Apple dan Samsung mendominasi sebagian besar pasar premium, seperti AS dan Eropa. Sementara itu, merek-merek Cina juga belum mampu membangun bisnis software dan layanan yang menguntungkan, seperti yang dilakukan Apple yang menghasilkan margin yang lebih besar.

“Profitabilitas adalah tantangan terbesar karena skala mereka menurun seiring segmen yang mereka sasar telah menyusut,” ujar Shah.

Related