Pulihkan Kinerja, Garuda Indonesia Dapat Suntikan Rp 725 Miliar

marketeers article
Maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Sumber gambar: 123rf

Maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menandatangani kerja sama fasilitas pembiayaan restorasi armada dengan skema bagi hasil bersama PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA). 

Adapun PT PPA merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang pengelolaan aset. Irfan Setiaputra, Direktur Utama Garuda Indonesia mengungkapkan penandatanganan perjanjian tersebut merupakan tindak lanjut dari offering letter atas syarat dan Ketentuan indikatif terbaru (Updated Indicative Term Sheet) Memorandum of Understanding (MoU) yang telah diteken pada bulan Agustus 2022.

 Dengan disepakatinya kerja sama, perusahaan akan mendapatkan fasilitas pembiayaan dengan nilai Rp 725 miliar melalui skema bagi hasil yang akan berlangsung selama lima tahun. Nantinya, kolaborasi ini diimplementasikan secara bertahap pada sejumlah rute yang dijadikan skema kerja sama bagi hasil di antaranya adalah Jakarta- Surabaya-Jakarta, Jakarta-Makassar-Jakarta, serta Jakarta-Jayapura-Jakarta. 

“Ini merupakan bentuk komitmen Garuda Indonesia untuk mengoptimalkan langkah misi transformasi kinerja dalam upaya untuk terus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di tengah momentum pemulihan ekonomi nasional, khususnya sektor pariwisata melalui peningkatan aksesibilitas layanan penerbangan yang aman dan nyaman bagi masyarakat Indonesia,” kata Irfan melalui keterangannya, dikutip Selasa (20/9/2022).

Menurutnya, pandemi COVID-19 yang terjadi selama dua tahun terakhir memberikan dampak yang cukup berat bagi industri penerbangan. Termasuk terbatasnya jumlah armada pesawat yang berada dalam kondisi siap beroperasi setelah sebelumnya lama tidak beroperasi di tengah proses restrukturisasi kewajiban usaha dan negosiasi bersama lessor.

Adanya fasilitas pembiayaan tersebut selanjutnya akan digunakan untuk mendukung percepatan pemulihan kinerja perusahaan, khususnya pada lini operasional penerbangan yang akan dioptimalkan untuk restorasi armada dan pemeliharaan spare part pesawat. Seperti di antaranya engine, APU, shipping part, dan berbagai komponen pesawat lainnya yang dioperasikan oleh perusahaan guna mendukung kelancaran operasional Garuda Indonesia.

Penggunaan fasilitas pembiayaan yang telah disepakati ini tentunya akan menyesuaikan dengan kebutuhan proyeksi restorasi armada yang telah ditetapkan untuk menunjang efektivitas pemulihan kinerja perusahaan, utamanya di situasi pascapandemi saat ini. Dengan demikian, fasilitas pembiayaan akan digunakan secara bertahap sesuai kebutuhan operasional penerbangan Garuda Indonesia.

“Sejalan dengan komitmen Garuda Indonesia untuk mengedepankan keamanan dan keselamatan penerbangan, kerja sama dengan PPA ini diharapkan dapat mengoptimalkan kesiapan operasional Garuda Indonesia untuk memastikan mandat sebagai maskapai pembawa bendera bangsa dapat senantiasa terimplementasikan secara optimal melalui ketersediaan berbagai ragam pilihan layanan penerbangan yang aman dan nyaman guna memenuhi kebutuhan masyarakat,” ucapnya.

Irfan menambahkan sebelumnya Garuda Indonesia secara bertahap terus melakukan optimalisasi utilisasi pesawat sejalan dengan hasil negosiasi dengan lessor sejalan dengan telah disetujuinya proposal perdamaian dalam proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Melalui berbagai upaya tersebut, perusahaan akan mengoptimalkan upaya untuk meningkatkan jumlah armada yang serviceable yang diproyeksikan akan bertambah secara bertahap mencapai sekitar 60 pesawat dalam mendukung akselerasi peningkatan kinerja perusahaan hingga akhir tahun 2022.

“Kerja sama fasilitas pembiayaan ini memberikan optimisme tersendiri dalam hal kepercayaan sektor dunia usaha terhadap outlook bisnis Garuda Indonesia ke depannya. Tentunya peluang ini akan terus kami optimalkan dan dikaji secara berkala guna menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, selaras dengan upaya kami untuk memastikan business plan Garuda Indonesia dapat diwujudkan secara optimal untuk mencapai entitas bisnis yang lebih agile, adaptif dan profitable,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related