PUMA: Micro Influencer itu Murah dan Efektif, Tapi Sulit Dikontrol

marketeers article

Micro influencer merupakan senjata yang diandalkan oleh merek sekaliber PUMA. Bukan hanya memperkenalkan produk, tetapi juga mendulang penjualan. Bagi mereka, micro influencer memiliki banyak keunggulan, selain murah dan efektif mendorong penjualan, juga memiliki engagement rate yang lebih baik ketimbang brand ambassador. Meski begitu, kanal komunikasi ini memiliki kekurangan. Apa kekurangannya?

“Ketika menggandeng micro influencer, biasanya kami memberikan mereka barang untuk dipakai (seeding) dan dipamerkan ke teman-teman mereka, plus unggahan di media sosial,” ujar Muhammad Rezha Pahlevi, Senior Marketing Executive Puma Indonesia.

Rezha menambahkan, ketika brand ambassador dikerahkan untuk membangun brand awareness, khususnya untuk produk baru PUMA via media sosial sosok tersebut, jarang sekali terjadi interaksi dua arah. Selain karena kesibukkan public figure tersebut, tentu banyak komentar yang masuk. Bahkan,  tak jarang komentar tersebut tidak relevan.

“Bagi kami, mereka cukup untuk menyuarakan produk baru kami saja. Sejujurnya, di kanal mereka tidak terjadi conversation,” jelas Rezha

Berbeda dengan micro influencer, jika seorang micro influencer memposting sebuah produk Puma yang ia kenakan maka perbincangan antara micro influencer tadi dengan pengikutnya di media sosial kemungkinan terjadi. Micro influencer lebih berpeluang besar untuk menjawab pertanyaan para pengikutnya dibanding seorang brand ambassador.

Micro influencer juga dinilai lebih efektif lantaran pengikut-pengikut mereka rata-rata memiliki ketertarikan yang sama. Dengan terjadinya perbincangan ini maka promosi terhadap sebuah produk akan lebih cepat memberi efek. Bahkan sering berubah menjadi penjualan bagi PUMA. 

“Rekan yang dikenal biasanya lebih dipercaya oleh calon konsumen kami,” lanjutnya.

Pun begitu, PUMA sebagai brand besar juga tidak asal dalam memilih micro influencer. Mereka memilih micro influencer yang memang suka dengan brand PUMA atau pun sudah pernah memakai PUMA. 

Meski begitu, Rezha mengakui bahwa mengatur micro influencer ini tidak mudah juga. Mereka yang tidak terikat kontrak akan lebih sulit untuk dikontrol.

Editor: Sigit Kurniawan

Related