Pupuk Indonesia Jadi Produsen Pupuk Terbesar ke-6 Dunia

marketeers article
Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Indonesia. Sumber gambar: pers rilis.

PT Pupuk Indonesia (Persero) menjadi produsen pupuk terbesar peringkat enam dunia. Capaian ini karena perseroan mengelola lima kawasan industri pupuk dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 9,4 juta ton urea dan 4 juta ton NPK, yang menopang ketahanan pangan sekaligus membuka peluang hilirisasi petrokimia dalam negeri.

Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Indonesia menjelaskan, guna mengoptimalkan hasil produksi pupuk perlu adanya kerja sama lintas batas. Sehingga bisa menjadi solusi penting menghadapi tantangan global seperti krisis pangan, gangguan rantai pasok, dan perubahan iklim.

BACA JUGA: Hingga Kuartal I-2025, Program Makmur Pupuk Indonesia Jangkau 128 ribu Petani

Dengan skala tersebut, peran Indonesia tak hanya penting di tingkat nasional, namun juga dalam menjaga stabilitas pasok pupuk secara regional.

“Ketahanan pangan nasional dan regional hanya dapat dicapai bila rantai pasoknya stabil dan kita memiliki visi bersama,” kata Rahmad melalui keterangan resmi, Minggu (27/6/2025).

BACA JUGA: Tingkatkan Kapasitas Produksi, Pupuk Indonesia Investasikan Rp 116 Triliun

Sebagai pemain utama di kawasan Asia Pasifik serta Timur Tengah dan Afrika Utara, Pupuk Indonesia membawa visi menjadi perusahaan agrosolusi dan petrokimia kelas dunia. Kendati demikian, Rahmad menyoroti pentingnya ketersediaan bahan baku pupuk sebagai fondasi utama ketahanan pangan jangka panjang.

“Kita tahu bahwa tidak semua kebutuhan pupuk bisa dipenuhi dari dalam negeri, seperti fosfat dan potash. Maka kami menjalin dialog dan kolaborasi untuk memastikan ketersediaan bahan baku tetap aman sebagai bagian dari strategi swasembada pangan,” ungkap Rahmad.

Untuk mewujudkan itu, Pupuk Indonesia terus mengembangkan kemitraan strategis di berbagai kawasan, serta mempercepat pembangunan fasilitas produksi domestik. Langkah ini ditempuh untuk menjamin keamanan pasokan bahan baku dan menjaga ketersediaan pupuk yang terjangkau bagi petani, demi mendorong produktivitas sektor pertanian.

Komitmen tersebut diwujudkan lewat modernisasi industri, termasuk revitalisasi Pabrik Pusri IIIB dan revamping pabrik Amonia PKT II guna meningkatkan efisiensi dan kapasitas produksi.

Tak hanya itu, proyek pembangunan pabrik pupuk di Fakfak, Papua Barat, yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), juga dijalankan demi memperkuat distribusi di wilayah Indonesia timur.

“Revitalisasi ini bukan sekadar soal efisiensi. Ini adalah cara kami menjaga keterjangkauan harga pupuk dan menyesuaikan kapasitas produksi dengan pertumbuhan kebutuhan pangan Indonesia yang terus meningkat. Ketahanan pangan butuh dukungan dari sisi hulu secara konsisten dan berkelanjutan,” tuturnya.

Berbagai langkah ini tak hanya menambah daya saing industri pupuk dalam negeri, namun juga memperkuat posisi Indonesia sebagai simpul utama rantai pasok pupuk di kawasan Asia Tenggara hingga Timur Tengah dan Afrika Utara. Upaya ini membuka lebar peluang kerja sama global demi menciptakan industri pupuk dan petrokimia yang berkelanjutan, tangguh, serta inklusif.

Related

award
SPSAwArDS