Ramai Akun X Gunakan Grok untuk Cek Fakta, Apakah Akurat?

marketeers article
Grok (Foto: X)

Belakangan, banyak pengguna X yang meminta Grok untuk mengecek kebenaran informasi. Ini bukanlah tren baru, namun tak sedikit para ahli yang masih meragukan kredibilitas chatbot AI buatan xAI milik Elon Musk tersebut.

Sejak Grok hadir lewat akun otomatis di X, pengguna dari berbagai negara, termasuk Indonesia, mulai memanfaatkan fitur ini untuk memverifikasi komentar atau klaim dari seseorang. Para ahli menilai penggunaan Grok sebagai alat cek fakta justru berisiko menambah penyebaran informasi yang keliru.

Menurut Angie Holan dari International Fact-Checking Network (IFCN), chatbot semacam Grok memang pandai menjawab dengan gaya bahasa yang terdengar meyakinkan. Namun, itu tidak menjamin jawabannya benar.

“Masalahnya, AI bisa memberikan jawaban yang terdengar alami dan masuk akal, walaupun isinya salah,” ujarnya, dikutip dari TechCrunch, Senin (7/4/2025).

BACA JUGA: Meta Rilis Llama 4 Scout dan Maverick, Model AI Multimodal Terbarunya

Hal serupa disampaikan oleh Ersin Çahmutoğlu, pakar keamanan siber dari Turki. Ia menyoroti bahwa banyak pengguna yang langsung memercayai jawaban Grok tanpa mempertimbangkan potensi kesalahan.

“Inilah bahayanya. AI seperti Grok tidak tahu segalanya, dan sudah terbukti ada sejumlah jawaban yang keliru. Perlu diingat juga bahwa Grok tidak dirancang sebagai alat cek fakta,” katanya, dikutip dari A News.

Kekhawatiran ini makin besar mengingat Grok sebelumnya pernah menyebarkan informasi keliru, termasuk menjelang pemilu Amerika Serikat. Hal ini sampai menuai respons dari lima pejabat negara bagian yang mendesak Elon Musk untuk memperbaiki sistemnya.

Pratik Sinha, pendiri situs pengecekan fakta Alt News di India, juga mengatakan bahwa kualitas jawaban Grok sangat bergantung pada data yang dimasukkan. Sayangnya, proses tersebut tidak transparan.

“Tanpa transparansi, AI bisa dibentuk sesuai kepentingan tertentu,” tuturnya.

BACA JUGA: OpenAI Akan Rilis GPT-5 Setelah Dua Model Ini

Meski Grok pernah mengakui bahwa sistemnya bisa disalahgunakan untuk menyebarkan hoaks, tidak ada peringatan atau disclaimer ketika memberikan jawaban kepada pengguna. Hal ini bisa membuat orang langsung percaya pada informasi yang belum tentu benar.

Berbeda dengan manusia, Sinha mengatakan bahwa pemeriksa fakta profesional menggunakan berbagai sumber terpercaya dan bertanggung jawab atas temuan mereka. Sementara itu, AI seperti Grok hanya menyajikan jawaban tanpa jaminan kebenaran dan tanpa akuntabilitas.

Dengan kata lain, meskipun Grok bisa memberikan jawaban cepat dan terdengar meyakinkan, pengguna tetap perlu berhati-hati. Sampai saat ini, para ahli meyakini bahwa pengecekan fakta yang akurat dan dapat dipercaya masih lebih aman dilakukan oleh manusia.

“Daripada bertanya pada Grok untuk memverifikasi berita penting, jauh lebih bijak memeriksa informasi lewat media terpercaya atau sumber resmi,” kata Çahmutoğlu.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS