Realisasi Belanja Negara 2021 Rp 2.786 Triliun, Defisit APBN Turun

marketeers article

Realisasi belanja negara tahun 2021 mencapai Rp 2.786 trilun berdasarkan keterangan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melalui keterangan persnya pada Selasa (4/1). Angka belanja negara sementara tahun 2021 itu melebihi target dari angka yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp 2.750 triliun atau mencapai 101,3 persen.

Berdasarkan data tersebut, realisasi belanja negara tahun 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 7,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang menembus Rp 2.595 triliun. Tren kenaikan tersebut sudah terlihat sejak tahun 2020 yang mencatatkan pertumbuhan 12,4 persen dari catatan belanja negara serupa yakni sebesar Rp 2.309,3 triliun.

Pemerintah pusat mencatatkan realisasi belanja negara tahun 2021 tertinggi, yakni sebesar Rp 2.001 triliun, melampaui target APBN yang ditargetkan sebesar Rp 1.954,5 triliun. Sementara itu, transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) juga tumbuh relatif stabil sebesar Rp 785,7 triliun, atau mencapai 98,8 persen dari target APBN sebesar Rp 795,5 triliun.

“Pemerintah pusat melakukan belanja untuk bisa melakukan countercylical karena pandemi COVID-19, selain untuk kebutuhan kesehatan juga bagi bidang sosial dan kegiatan lainnya. Jadi, belanja K/L menjadi motor yang luar biasa banyak sekali,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Belanja di tingkat kementerian maupun lembaga menjadi yang terbesar dalam catatan realisasi belanja negara tahun 2021 sebesar Rp 1.189,1 triliun. Adapun untuk belanja non-Kementerian maupun Lembaga negara nilainya menembus Rp 812 triliun atau hanya mencakup 88 persen dari sasaran yang tertuang dalam APBN yakni Rp 922,6 triliun.

Catatan lain menteri keuangan adalah nilai defisit APBN tahun 2021 yang berada di kisaran 4,65 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebuit turun dari capaian tahun sebelumnya yang menyentuh 6,14 persen dari PDB, juga masih berada di bawah perkiraan dalam APBN 2021 sebesar  5,7 persen.

“Realisasi sementara APBN 2021 menggambarkan (situasi) positif luar biasa dibandingkan target APBN-nya maupun terhadap catatan tahun 2020. Tahun yang luar biasa sukit karena pandemi masih berlangsung. Namun, kita sudah menunjukkan pemulihan,” kata Sri Mulyani.

Pemerintah juga tidak lagi menerbitkan surat utang negara domestik sejak November lalu. Alasannya, realisasi pembiayaan relatif lebih kecil dari target sebesar Rp 1.006,4 triliun. Pembiayaan anggaran yang lebih efisien pada tahun 2021 menjadi modal positif untuk melakukan transisi menuju konsolidasi fiskal tahun 2023.

Editor: Sigit Kurniawan

Related