Regenerasi Segmen Pasar, Begini Strategi Elizabeth Rambah Gen Z

marketeers article
Regenerasi Segmen Pasar, Begini Strategi Elizabeth Rambah Gen Z (FOTO: Marketeers/ Nugraha Satia)

Elizabeth mampu mempertahankan eksistensi bisnis hingga enam dekade dan mulai membidik Gen Z sebagai pasar baru yang potensial. Generasi penutup milenial kedua ini dinilai cukup matang dan memiliki spending power yang cukup.

Resti Ghita Pribadi, Brand Manager Elizabeth mengatakan perusahaan tengah fokus dalam membangun eksistensinya di kalangan ini. Posisi perusahaan di kalangan Gen Z mulai terbangun perlahan, sembari tetap menggarap pasar milenial.

“Jadi untuk Elizabeth sendiri, saat ini generasi millennials memang pasar utama, tapi kita tetap harus approach Gen Z, karena saat ini Gen Z itu usia produktif, sudah punya spending power juga, dan this is our future market,” kata perempuan yang disapa Ghita pada acara Campus Marketeers Club yang digelar di Vokasi Universitas Indonesia, Depok, Selasa (26/9/2023).

BACA JUGA: CMC X Elizabeth: Masuki Era Baru Pemasaran dengan Omnichannel

Riset dari H-Three, agensi di bawah Hakuhodo memaparkan lebih lanjut mengenai perilaku Gen Z dalam menggunakan media sosial. Melalui survei yang dilakukan, Gen Z memiliki sifat yang compartmentalized dalam menggunakan media sosial.

“Artinya, Gen Z membagi penggunaan media sosial sesuai dengan kegunaannya,” kata Eka H, Strategic Planning Director H-Three.

Menurut survei yang dilakukan perusahaan, Gen Z memiliki ketergantungan dengan media sosial. Namun, setiap media sosial yang digunakan memiliki fungsi yang berbeda-beda.

Misalnya saja Twitter yang digunakan Gen Z untuk menyuarakan pikiran mereka. Selanjutnya, Instagram digunakan agar konten yang diunggah dapat dilihat pengguna lain, dan TikTok untuk hiburan.

BACA JUGA: Genap Berusia 60 Tahun, Elizabeth Tangkap Momentum Tren Brand Lokal

Dengan fakta tersebut, Elizabeth juga menangkap peluang ini dengan hadir di setiap media sosial. 

“Jadi brand harus memastikan hadir di media sosial dengan cara yang berbeda-beda. Contohnya, persona kami di TikTok dan persona kami yang di Instagram bisa jadi berbeda,” kata Ghita.

Bertahan selama 60 tahun membuktikan Elizabeth mampu beradaptasi dengan gonjang-ganjing pasar. Begitu pula proses pembelian yang makin phygital, dengan menggabungkan ritel fisik dengan digital.

Online dan offline adalah dua hal yang tidak saling kanibal dan menguatkan satu sama lain. Karena bisa jadi, orang datang ke ritel untuk mengecek produk, kemudian membelinya melalui online shop,” tutur Ghita.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related