Reksa Dana Pasar Uang Sameday Redemption, Instrumen Investasi yang Pas di Tengah Fluktuasi Pasar

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, perusahaan efek di Indonesia, mendorong investor yang masih ragu untuk memanfaatkan dana menganggur dengan berinvestasi di instrumen reksa dana pasar uang. Salah satu layanan yang pas adalah layanan yang menawarkan fasilitas pencairan di hari yang sama (sameday redemption).
Menurut M. Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset, langkah ini ideal dilakukan ketika investor memilih untuk menunggu situasi pasar yang lebih stabil atau berada dalam posisi wait and see.
“Dalam kondisi pasar yang cenderung wait and see, dana menganggur sebaiknya dioptimalkan melalui investasi di instrumen jangka pendek seperti reksa dana pasar uang. Apalagi, produk dengan likuiditas tinggi yang menawarkan fasilitas sameday redemption menjadi pilihan menarik,” ujar Arief dalam siaran pers kepada Marketeers, Minggu (20/4/2025).
BACA JUGA: Gandeng Bank Victoria, Syailendra Capital Rilis Empat Produk Reksa Dana
Ia menambahkan, dengan fasilitas ini, investor dapat langsung mencairkan dana begitu momentum investasi di saham dirasa sudah tepat, tanpa perlu khawatir terhadap risiko gagal settlement.
Reksa dana pasar uang sendiri merupakan jenis investasi yang ditempatkan pada instrumen utang jangka pendek dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun, termasuk deposito dan tabungan.
Karena sifatnya yang lebih likuid, dana dari reksa dana pasar uang umumnya bisa dicairkan dalam waktu maksimal tujuh hari kerja, bahkan sering kali hanya membutuhkan H+1.
Di tengah kondisi pasar modal yang tertekan, pilihan instrumen seperti reksa dana pasar uang menjadi semakin relevan. Selama kuartal pertama 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan sekitar 8% dibandingkan akhir 2024, ditutup pada level 6.510 pada 27 Maret 2025, tepat sebelum libur panjang Lebaran.
Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, mencatat bahwa sepanjang kuartal pertama, pasar saham Indonesia mengalami foreign outflow sebesar Rp 30,3 triliun (US$ 1,8 miliar).
Tekanan tersebut berlanjut hingga April, dengan arus keluar dana asing di pasar saham dan obligasi meningkat menjadi Rp 15,5 triliun (US$ 927 juta).
BACA JUGA: Gandeng Eastspring Indonesia, Bank DBS Luncurkan Reksa Dana ESG
“Situasi ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap tantangan ekonomi global dan domestik,” ujar Rully.
Ia juga menyoroti bahwa instrumen Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) turut mengalami tekanan jual dari investor asing, dengan arus keluar sebesar Rp 10,5 triliun hanya dalam tiga hari perdagangan pada periode 8–10 April 2025.
Lebih jauh, Rully menjelaskan bahwa prospek pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia diperkirakan akan stagnan hingga 2026, dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi di Tiongkok dan Amerika Serikat yang diperburuk oleh meningkatnya ketegangan perang dagang.
Di dalam negeri, keraguan investor terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% juga menjadi faktor yang membayangi sentimen pasar.
Pada akhirnya, di tengah tekanan pasar dan sentimen wait and see yang masih kuat, investor perlu lebih cermat memilih instrumen yang tidak hanya aman, tetapi juga fleksibel dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah, seperti reksa dana pasar uang yang menawarkan fasilitas sameday redemption.
Editor: Eric Iskandarsjah Z