Retro vs Tren Masa Kini: Pergeseran Preferensi Konsumen dalam Fesyen

marketeers article
Sumber: 123RF

Dalam beberapa tahun terakhir, minat yang besar terhadap tren vintage fashion telah melanda dunia fesyen. Pakaian dan aksesori dengan gaya masa lalu, terutama era 80-an dan 90-an, kembali menjadi tren yang mendominasi panggung fesyen. 

Fenomena ini mencerminkan perubahan signifikan dalam preferensi konsumen, yang kini makin tertarik pada fesyen yang klasik dan cenderung timeless. Di tengah gejolak tren yang cepat berubah, konsep fesyen yang timeless menjadi makin menarik. 

Konsumen modern tidak hanya mencari pakaian yang terlihat bagus, tetapi juga menginginkan investasi jangka panjang yang akan tetap elegan seiring berjalannya waktu. Dalam hal ini, merek fesyen perlu merefleksikan keindahan yang tak lekang oleh waktu melalui desain-desain yang bersifat klasik.

Untuk menjawab tantangan ini, banyak merek fesyen mulai melirik strategi retro branding. Strategi ini tidak sekadar menghidupkan kembali warisan merek, tetapi juga menciptakan koneksi emosional dengan konsumen. 

Melalui strategi ini, merek dapat menggali keunikan desain-desain lama yang menjadi ciri khas merek, menghadirkan produk-produk ikonik dalam bentuk yang diperbarui.

BACA JUGA: Menggoda Emosional Gen Z: 5 Tips Retro Branding yang Efektif

Namun, strategi retro branding tidak sebatas desain. Pengalaman konsumen yang mendalam juga menjadi bagian penting dari strategi ini. 

Merek dapat menggali kembali iklan-iklan lama, kemasan produk, dan gaya penjualan dari masa lalu untuk menciptakan rasa nostalgia yang kuat. Agar lebih relevan dengan masa kini, pemanfaatan media sosial dan teknologi digital menjadi kunci dalam menyebarkan pesan ini, menciptakan kampanye online yang menggabungkan elemen retro untuk menciptakan interaksi aktif antara merek dan konsumen.

Dengan strategi retro branding yang terencana dengan baik, merek fesyen tidak hanya tetap relevan dalam dinamika tren, tetapi juga bisa membangun hubungan yang kokoh dengan konsumen, menghadirkan pengalaman tak terlupakan, dan merajut kembali warisan mereka dalam gaya yang sesuai dengan zaman modern.

Faktanya, strategi retro branding ini ternyata sangat ampuh diaplikasikan ke konsumen. Hal ini terlihat dari laporan KPMG pada tahun 2021. 

Laporan berjudul “Front Row: Melihat Mode Masa Depan – Studi Mode 2030” ini mengungkap bahwa sebanyak 72% responden menganggap harga yang terjangkau sebagai prioritas utama. Di sisi lain, hanya 31% responden yang memperhatikan tren mode saat ini, sementara sisanya mengutamakan produksi yang berkelanjutan.

BACA JUGA: Rahasia Retro Branding EIGER: Klasik yang Tetap Trendi

Dalam konteks ini, terdapat keterkaitan dengan masyarakat yang cenderung menyukai barang-barang bernuansa nostalgia yang memiliki sifat “timeless“. Konsumen yang mengedepankan harga cenderung lebih memilih barang-barang yang memiliki nilai jangka panjang dan dapat digunakan secara berulang, tanpa terpengaruh oleh perubahan tren mode setiap musim.

Hal ini juga diperkuat dengan survei dari sumber sama, yang mengungkapkan bahwa terdapat dua jenis perilaku pembelian, atau bahkan kebutuhan, yang mendominasi pengisian lemari pakaian.

Jenis pertama dari perilaku pembelian menunjukkan sebanyak 40% responden lebih memilih untuk memiliki pakaian yang bersifat klasik dan tahan lama, yang tidak mudah ketinggalan zaman. Mereka cenderung tidak terlalu dipengaruhi oleh tren mode saat ini dan memilih untuk menginvestasikan waktu dan uang mereka dalam pakaian yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Di sisi lain, jenis kedua perilaku pembelian menunjukkan 45% responden lebih suka memiliki banyak pakaian dalam lemari mereka. Namun, pakaian-pakaian tersebut tetap digunakan secara rutin. 

Mereka mungkin mengikuti tren mode, tetapi juga memiliki kesadaran untuk memastikan pakaian yang dimiliki benar-benar digunakan dengan maksimal. Hasil kedua survei tersebut menyiratkan bahwa masih ada segmen masyarakat yang menghargai keabadian dan nilai jangka panjang dari barang fesyen retro dan timeless

Hal ini menciptakan peluang bagi merek untuk terus merilis produk-produk retro mereka yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih memilih gaya yang tidak terikat pada tren masa kini.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related