RI Gandeng India Lawan Diskriminasi Sawit Eropa

marketeers article
Petani kelapa sawit, sumber gambar: 123rf

Indonesia menggandeng India untuk melawan diskriminasi atau kampanye negatif industri kelapa sawit yang menuding sebagai penyebab deforestasi. Hal tersebut perlu diluruskan dengan informasi faktual tentang praktik kelapa sawit yang berkelanjutan.

Jerry Sambuaga, Wakil Menteri Perdagangan menuturkan kolaborasi dengan India untuk melawan kampanye negatif industri sawit lantaran negara tersebut merupakan mitra strategis. Tercatat, nilai ekspor sawit Indonesia ke India mencapai US$ 5,32 miliar dan mencakup 18% dari total ekspor ke seluruh dunia.

BACA JUGA: Cuan Besar di Balik Hilirisasi Industri Sawit

Nilai tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun dengan tren pertumbuhan 12,46%. Adapun ekspor minyak sawit Indonesia ke India pada 2022 tercatat sebesar 4,9 juta ton atau meningkat 62% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

“Indonesia mengajak India untuk berkolaborasi dengan negara-negara produsen kelapa sawit dalam melawan diskriminasi kelapa sawit demi menjamin kesejahteraan masyarakat serta melindungi kehidupan petani,” kata Jerry melalui keterangannya, Selasa (3/10/2023).

BACA JUGA: Gapki Ungkap Produksi Sawit Januari 2023 Stagnan dan Pasokan Turun

Menurutnya, salah satu kebijakan diskriminasi sawit, yakni European Union Deforestation-free Regulation (EUDR). Regulasi tersebut berpotensi memberikan dampak negatif terhadap kehidupan lebih dari 2 juta petani di Indonesia.

Jerry menyebut kebijakan EUDR berdampak pada sulitnya masuk produk sawit ke negara-negara Eropa. Untuk melawan aturan itu, Indonesia mendorong sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang memastikan seluruh praktik kelapa sawit Indonesia diproduksi secara berkelanjutan.

Tidak hanya itu, perbaikan tata kelola sawit juga bakal dilakukan mulai dari aspek hukum dan pengetahuan bisnis, serta teknologi melalui kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah.

“Pendapatan produk minyak sawit menempatkan pada peringkat pertama pendapatan ekspor sektor nonmigas selama lima tahun terakhir. Sehingga ini perlu diperjuangkan di pasar internasional,” tutur Jerry.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related