RI Masuk 10 Besar Produsen Manufaktur Dunia, Kontribusinya 1,4%

marketeers article
Ilustrasi pabrik manufaktur, sumber gambar: 123rf

Indonesia masuk dalam sepuluh besar negara produsen manufaktur dunia versi safeguardglobal.com pada Desember 2023. Adapun kontribusi produk-produk dalam negeri terhadap kebutuhan manufaktur dunia mencapai 1,4%.

Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian menuturkan hasil tersebut merupakan kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan empat tahun lalu. Kala itu, Indonesia hanya menempati peringkat 16 dunia sebagai negara penyumbang manufaktur.

BACA JUGA: Kuartal III 2023, Industri Manufaktur Tumbuh 5,20%

“Ini merupakan kenaikan tingkat, karena pada tahun ini kita masuk dalam kategori 10 besar. Indonesia merupakan powerhouse manufaktur terbesar di Asia Tenggara (ASEAN),” kata Agus melalui keterangannya, Jumat (22/12/2023).

Menurutnya, kenaikan peringkat tersebut juga menandakan bahwa sektor manufaktur memberikan multiplier effect kepada sektor lainnya. Sebagai gambaran, dengan meningkatnya output industri, sektor transportasi juga akan meningkat, demikian juga dengan sektor energi, pertanian, perkebunan, dan kelautan yang merupakan sumber-sumber bahan baku dan faktor-faktor input produksi bagi sektor manufaktur.

BACA JUGA: Tingginya Harga Gas Bumi Tertentu Jadi Tekanan Industri Manufaktur

Posisi Indonesia di jajaran manufaktur dunia diperkuat oleh nilai output industri yang terus meningkat pada periode 2020 hingga September 2023. Pada tahun 2020, nilai output industri tercatat US$ 210,4 miliar, meningkat ke US$ 228,32 miliar pada 2021, dan kembali meningkat sebesar US$ 241,87 miliar pada tahun 2022.

Sementara itu, hingga September 2023, nilai output industri telah mencapai sekitar US$ 192,54 miliar. Meningkatnya daya saing sektor industri di Indonesia juga didukung oleh realisasi investasi, baik dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA).

“Investasi di sektor industri manufaktur terus menunjukkan peningkatan, dari Rp 213,4 triliun pada 2020, menjadi Rp 307,6 triliun di 2021, kemudian mencapai Rp 457,6 triliun pada 2022. Pada Januari hingga September 2023, investasi di sektor manufaktur telah tercatat hingga Rp 413 triliun,” ujarnya.

Agus menambahkan produk industri manufaktur juga terbukti merambah pasar ekspor, ditunjukkan oleh dominasi sektor industri manufaktur pada total ekspor Indonesia. Ekspor industri manufaktur yang pada 2020 tercatat sebesar US$ 131,09 miliar, meningkat menjadi US$ 177,2 miliar pada 2021.

Pada tahun 2022, angka ekspor sektor ini mencapai US$ 206,06 miliar atau meningkat 16,29% dari capaian di tahun sebelumnya. Selanjutnya, pada Januari hingga November 2023, angkanya mencapai US$ 171,23 miliar.

Produktivitas sektor manufaktur juga berhasil membuka makin banyak lapangan kerja. Pada masa pandemi COVID-19, jumlah tenaga kerja di sektor ini sebanyak 17,49 juta, kemudian berangsur naik menjadi 18,19 juta di tahun 2021 dan 18,90 juta pada 2022. Terbaru, data Agustus 2023 menunjukkan jumlah tenaga kerja sektor industri pengolahan nonmigas sejumlah 19,29 juta pekerja.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related