Riset Amartha: UKM Lokal Hemat Pengeluaran Hadapi Ancaman Resesi

marketeers article
Ibu Suyamti, Mitra UMKM Amartha pemilik usaha budidaya tanaman hias di daerah Kopeng, Salatiga, Jawa Tengah. | Foto: Amartha

Menghadapi tahun 2023, UKM lokal harus bersiap menghadapi ancaman resesi global. Sebagai penyalur modal usaha bagi UKM, Amartha ingin mengetahui sejauh apa dampak yang mungkin dihadapi para mitra. Karena itu, perusahaan fintech ini pun melakukan riset terhadap 240 mitranya.

Riset bertajuk Impact of the Global Recession to the Grassroots Economy tersebut dilakukan di tiga wilayah operasional Amartha yakni Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Metode riset menggunakan kuesioner ini berfokus pada pengukuran perilaku dalam membelanjakan uang, kapabilitas untuk membayar angsuran, dan tingkat kepercayaan diri untuk terus berusaha.

Dari riset ini, Amartha menemukan sebanyak 56,3% mitra UKM telah melakukan penghematan dalam membelanjakan uang. Pasalnya, dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia harus menghadapi kenaikan dari harga bahan pokok.

Kendati demikian, terlepas dari kondisi tersebut, mitra Amartha diketahui mampu meningkatkan pendapatan usahanya. Mereka pun percaya bahwa situasi ekonomi akan membaik dalam waktu enam bulan ke depan.

“Tujuan Amartha melakukan riset dampak resesi global terhadap UKM akar rumput ini adalah untuk mengetahui sejauh apa kondisi ekonomi makro mempengaruhi ketahanan mereka. Ini sangat penting, agar Amartha dapat mengambil langkah strategis dalam mendampingi dan mendukung pertumbuhan usaha mitra sehingga tercipta UKM lebih tangguh,” ujar Aria Widyanti, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha dalam pernyataan resminya.

Pada aspek perilaku dalam membelanjakan uang, responden merasa bahwa kenaikan harga bahan pokok membuat mereka harus menghemat pengeluaran. Namun, pengeluaran yang dikurangi terbatas pada hal-hal non esensial saja seperti pengeluaran untuk hiburan.

Sedangkan pengeluaran pokok, seperti bahan pangan, biaya listrik, paket data, dan uang sekolah anak, tetap menjadi prioritas yang bisa dipenuhi. Dengan cara ini, mitra UKM tetap dapat memenuhi kebutuhan pokoknya sembari terus meningkatkan produktivitas usahanya.

“Temuan lain yang cukup menarik juga dapat dilihat pada aspek kapabilitas dalam membayar angsuran pinjaman. Apabila mitra memiliki beberapa pinjaman, hampir 90% mitra UKM menyatakan bahwa mereka akan mengutamakan untuk melunasi pinjaman dari Amartha terlebih dahulu,” ungkap Aria.

Menurutnya, hal ini dikarenakan adanya sistem tanggung renteng dengan anggota majelis serta keinginan untuk terus bermitra dengan perusahaan. Sehingga, ke depannya mereka bisa memperoleh pinjaman yang lebih besar.

“Relasi dengan tenaga lapangan juga berperan besar. Karena, mereka adalah orang-orang yang mendampingi usaha mitra UKM,” kata Aria.

Bicara soal ketahanan, UKM akar rumput terbukti memiliki resiliensi yang cukup kuat. Terbukti dari banyaknya yang bangkit dengan cepat dan beradaptasi dengan digitalisasi selama pandemi.

Sebab itu, terlepas dari prediksi kehadiran ancaman ekonomi makro yang datang tahun depan, optimisme terhadap kemampuan UKM lokal menggerakkan ekonomi nasional terus ada.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related