Riset Google: Angka Wirausaha Perempuan Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara

marketeers article
Happy mid adult female florist using laptop at counter in flower shop

Google merilis penelitian mengenai wirausaha perempuan di Indonesia melalui program Women Will. Penelitian yang dilakukan oleh Google-Kantar bertajuk Advancing Women in Entrepreneurship menyurvei 990 perempuan dan 510 laki-laki mengenai alasan mereka memilih untuk bekerja serta hal-hal yang penting bagi mereka saat mencari pekerjaan.

Dari penelitian tersebut mencatat, sebanyak 49% perempuan menyatakan diri sebagai wirausaha dengan bisnis yang mereka jalankan sendiri. Sedangkan, 45% berkata baru ingin berwirausaha. Dari sisi laki-laki, 61% sudah menjadi pewirausaha dan 34% menyatakan ingin berwirausaha.

sumber: Women Will Research 2020

Meski angka partisipasi perempuan dalam bidang kewirausahaan di Indonesia adalah angka yang tertinggi di Asia Tenggara, perempuan tetap terikat dengan peran domestiknya sebagai ibu rumah tangga.

“Perempuan masih dianggap seharusnya berfokus untuk mengurus rumah tangga, dengan rendahnya penerimaan secara budaya terhadap ibu yang bekerja purnawaktu,” kata Veronica Utami, Marketing Director Google Indonesia.

Tetapi, pihak perempuan lebih menerima anggapan seorang ibu dapat bekerja purnawaktu. Sebanyak 52% perempuan percaya bahwa perempuan seharusnya boleh bekerja purnawaktu setelah menjadi ibu, sementara laki-laki yang setuju hanya 41%.

“Ketimpangan terlihat lebih jelas dalam hal pekerjaan rumah tangga, 67% perempuan berkata mereka memikul tanggung jawab utama, sementara haya ada 24% laki-laki yang mengatakan pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab mereka,” lanjut Veronica.

sumber: Women Will Research 2020

Lebih lanjut mengenai tanggung jawab untuk mengasuh anak, jumlah perempuan yang merasa bahwa tugas itu hanya tanggung jawab mereka telah menurun menjadi 60% dari 80% pada tahun 2017. Dari sisi laki-laki pun telah menunjukkan perkembangan, dengan 21% dari mereka memikul tanggung jawab mengasuh anak dibanding 6% pada tahun 2017.

Tantangan lain yang dialami perempuan wirausaha adalah kurangnya jarungan bisnis dan keterampilan pemasaran. Sedangkan bagi mereka yang baru ingin memulai menyebutkan kurangnya rasa percaya diri, ketakutan akan kegagalan, dan kurangnya pemahaman tentang cara memulai.

Sekitar 59% pewirausaha perempuan saat ini mengatakan bahwa akses ke kelompok sosial yang suportif perlu diperbaiki. Namun, delapan dari 10 perempuan yang sudah atau ingin berwirausaha di Indonesia mengungkapkan keinginan mereka untuk meningkatkan keterampilan dalam menjalankan bisnis, seperti keterampilan berbinis, pengelolaan uang, dan keterampilan digital.

Selain itu, 83% perempuan Indonesia menyatakan bersedia mengikuti pelatihan online dan ini adalah angka tertinggi yang tercatat di Asia Tenggara.

“Menciptakan dan mendukung kesempatan berjejaring untuk menghubungkan perempuan dengan orang-orang lain yang sepemikiran akan membantu mengurangi kebingungan mengenai cara memulai bisnis sendiri. Minat perempuan untuk belajar online juga harus diimbangi dengan akses ke lebih banyak kesempatan berjejaring online,” pungkas Veronica.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related